Tulisan itu adalah tulisan dengan tinta emas yang tertera pada sampul depan buku. Nesya membaca keras-keras tulisan itu.
“Apa pertanyaannya?” tanya Razif.
“Warna apa yang memiliki panjang gelombang cahaya terpanjang dan warna apa yang memiliki panjang gelombang cahaya terpendek?” baca Nesya.
“Warna merah memiliki panjang gelombang terpanjang dan warna ungu memiliki panjang gelombang terpendek!” ujar Razif cepat.
Nesya segera menuliskan jawabannya di buku besar itu. Tiba-tiba, bagian dinding yang bercat merah dan ungu bergeser sedikit ke samping.
“Hei! Ada ruangan di balik dinding itu!” seru Akhtar kaget. “Tapi, kita akan masuk ke pintu yang mana?”
“Mungkinkah ada hubungannya dengan pertanyaan di sampul belakang buku ini?” tanya Nesya. Di sampul belakang buku itu memang terdapat barisan kalimat dengan huruf kecil. Nesya membaca petunjuk di sampul belakang buku itu.
... bukan ultra violet dan bukan juga inframerah ....
“Waduh! Pertanyaannya sulit sekali, sih,” desis Razif.
Akhtar mencoba memecahkan rahasia di balik petunjuk itu.
“Itu artinya, kita jangan melalui pintu ungu,” kata Nesya menyimpulkan.
“Kalau panjang gelombang diperpanjang melewati cahaya merah, maka akan didapatkan inframerah, gelombang mikro, dan radio,” sambung Akhtar.
“Itu berarti, kita juga tidak bisa melewati pintu merah,” sambung Razif gemas. “Jadi, kita harus ke mana?”
“Hei, lihat! Dinding warna hijau dan biru dihiasi dengan lampu-lampu kecil di sekelilingnya!” cetus Nesya. “Mungkin di sana pintunya!”
Nesya segera mendekati dinding warna biru dan hijau. Tapi, tak ada tombol atau tuas untuk menggeser dan membuka pintu itu. Nesya hanya melihat ada gambar kaca pembesar di antara dinding biru dan hijau.
Di bawah kaca pembesar itu tertulis, “Carilah benda gelap.” Benda gelap adalah benda yang tidak memancarkan cahaya.
“Kita perlu kaca pembesar,” ujar Nesya sambil memandang ke sekeliling ruangan.
“Itu ada kaca pembesar!” tunjuk Akhtar ke arah kaca pembesar yang berada di atas tumpukan buku. Akhtar pun segera mengambil dan memberikannya kepada Razif.