MISTERI RUMAH BAMBU DI BUKIT WINGIT

Embart nugroho
Chapter #2

ARWAH GENTAYANGAN

Malam terasa dingin. Desa yang berada di perbukitan itu tampak sepi dan sedikit berkabut. Langit semakin hitam dan tidak ada satu pun bintang yang muncul. Suara lolongan anjing terdengar perih di kejauhan. Suara binatang malam juga enggan berbunyi. Semua warga meringkuk di rumah mereka. Malam Jumat yang sangat menakutkan. Bau kemenyan dan bunga melati tercium di sekitar pedesaan. Aromanya membuat ketakutan warga sekitar. Konon di bukit itu juga pernah terjadi pembantaian yang tragis dan sadis.

Bukit itu tampak aneh dan mengerikan. Ada sesuatu yang tak kasat mata di sana. Sosok arwah sepasang pengantin yang dibunuh dengan sadis. Tubuh mereka dicincang seperti daging qurban. Darah membanjiri sebagian rumput dan semak belukar di sana.

Bukan itu saja, kejadian-kejadian mengerikan pun kerap melanda desa sebelah. Bukit itu memang angker! Tidak ada yang bisa keluar dari bukit itu selain pemegang kunci. Manusia yang melihat bukit itu akan berdecak kagum dengan keindahan pepohonanya. Jangan sembarangan masuk ke bukit Wingit. Ada pantangannya.

Bukit Wingit menyimpan banyak cerita mistis yang dipercaya warga sekitar. Suasana akan mencekam diwaktu malam. Lolongan anjing yang entah dari mana membuat bulu kuduk merinding. Belum lagi suara burung hantu yang menyeramkan. Jangan ada yang keluar saat malam Jum,at.

Konon ada alam jin yang tak kasat mata. Di sana sering terdengar suara-suara aneh yang menakutkan. Suara jeritan dan tangisan pilu.

Di sebelah bukit itu berdiri sebuah rumah bambu yang cukup memprihatinka. Ada cerita mengerikan di rumah bambu itu. Seorang perempuan menggorok leher kedua anaknya hingga tewas dan perempuan itu tewas gantung diri.

Malam itu tak seperti biasanya. Langit tampak gelap dan awan hitam berarak gelisah. Malam terasa sunyi dan mencekam. Suara burung gagak bersahutan terdengar menakutkan. Angin dingin serasa bagai serpihan es. Tiba-tiba saja semuanya senyap. Sementara beberapa lelaki yang berada di pos ronda tampak tak konsentrasi dengan permainan catur mereka.

Mereka pun membuka cerita tentang bukit Wingit yang angker. Konon bukit itu selalu minta tumbal. Ada cerita mengerikan dua puluh tahun lalu. Sepasang pengantin yang diusir dari desa Wingit. Mereka dituduh melakukan pesugihan hingga mereka diarak keliling desa. Mereka dianiaya sangat keji. Setelah mereka disiksa, mereka pun diusir dengan cara tidak terhormat. Satu-satunya tempat tinggal mereka di bukit angker itu. Bukan itu saja, setibanya mereka di sana, beberapa orang membunuh mereka dan mencincang tubuh mereka hingga beberapa potongan.

"Ngeri sekali, Kang," kata Danang bergidik sambil mengelus lengannya yang merinding.

"Begitulah cerita yang aku dengar dari kakekku. Desa ini juga kena kutukan balas dendam mereka. Hati-hati kalau kamu cari kayu bakar. Jangan mendekati bukit itu. Kamu tidak akan bisa kembali ke desa."

Yang lain hanya terdiam berharap-harap cemas.

"Sepertinya akan ada sesuatu yang terjadi, Kang," kata Samin bergidik. Sejak tadi pikirannya dihantui dengan bukit yang tampak gelap di ujung sana.

"Kamu tidak usah mengada-ada, Min. Jangan terpancing dengan cerita-cerita tahayul. Sudah, konsentrasikan pikiranmu."

Ditengah percakapan, mereka tiba-tiba mendengar alunan gamelan Jawa. Khas orang yang sedang mengelar hajatan.

"Kok ada suara gamelan? Setahuku tidak ada yang menggelar hajatan."

"Tapi, Kang ... tadi aku melihat Mbok Darmi bilang ada yang ngundang dia buat masak. Katanya ada yang hajatan."

"Siapa yang menggelar hajatan?" tanya Paimun penasaran.

"Setahuku, tak ada warga desa kita yang menikahkan anaknya, apa lagi nyunatkan."

Paimun menatap Samin dengan lekat. Ia terus berpikir siapa warga yang mengadakan hajatan tanpa memberi tahu.

Lihat selengkapnya