Sepuluh tahun yang lalu, sepasang pengantin baru datang dari luar daerah. Mereka ingin menetap di desa Wingit. Desa yang masih terlihat asri. Udara yang sejuk dan pemandangannya masih indah. Mereka sangat bahagia, namun warga tidak suka dengan kehadiran mereka. Apa lagi kehidupan mereka yang serba berkecukupan, membuat sebagian warga menjadi iri.
Malam itu ada beberapa warga yang ingin memfitnah mereka agar keluar dari desa Wingit. Mereka sengaja membuat tuduhan-tuduhan palsu dan memojokan sepasang suami istri itu. Mereka menuduh sang suami melakukan pesugihan. Hal itu ditampik sang suami bernama Marzuki. Dia mengaku tidak sedikit pun melakukan pesugihan.
"Kami tidak percaya! Lantas dari mana harta kekayaan ini kalian dapat?" Sergah seorang warga bernama Legiman. Laki-laki berperawakan hitam dan berkumis tebal.
"Demi Allah saya tidak melakukan pesugihan," kata Marzuki membela diri.
"Alllaa, sok alim kamu nyebut nama Allah. Kalau bersekutu dengan setan itu biasa nyebut begitu. Ngaku saja kalau kamu melakukan pesugihan!"
"Tidak!"
"Usir saja mereka!" teriak yang lain.
Akhirnya sepasang pengantin baru itu pun ditarik paksa oleh warga. Sesekali beberapa warga memukul mereka dan menghempaskan mereka hingga terjatuh. Suara sorak kebencian pun menggema dimalam itu.