Adam tidak bisa tidur dan berusaha memejamkan matanya. Namun, lagi-lagi bayangan perempuan itu bermain-main di benaknya. Ia berusaha membaringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Pikirannya tak juga hilang dari kejadian tragis yang menimpah perempuan malang itu. Kemana suami Surti? Pikir Adam.
“Mas Adam…” Tiba-tiba Adam terkejut ketika mendengar ketukan dari jendela kamarnya. Itu suara Surti. Adam tercekat. Ia menoleh ke jendela kamar dan melihat sosok Surti di sana.
“Bik Surti, jangan ganggu saya.”
“Saya mau mina maaf, mas. Maafkan saya sudah melakukan tindakan ceroboh. Saya mencari anak saya. Tolong saya, mas Adam.”
“Memangnya anak kamu di mana?” tanya Adam ingin tahu.
“Saya tidak tahu. Tolong saya, Mas. Saya ingin melihat anak saya.”
“Baiklah, saya akan mencari anakmu, tapi setelah itu kembali ke alammu. Jangan mengganggu warga.”
“Saya akan pergi setelah bertemu anak saya, Mas. Saya dibunuh suami saya.”
“Saya udah tahu, Surti.”
“Saya pergi dulu, Mas.”
Suara itu pun menghilang dan ada menarik nafas dengan lega. Adam pun kemudian berbaring di atas tempat tidur. Ia memjamkan matanya dan mencoba keluar dari raga. Adam meraga sukma dan mencari suami Surti.
Ia melewati hutan dan semak belukar. Kemudian tiba di sebuah rumah sederhana. Di sana ia melihat seorang laki-laki tua dan melihat kehadirannya. Adam terkejut. Sepertinya laki-laki itu dapat melihat sukma Adam. Laki-laki tua itu hanya tersenyum.
“Jangan jauh-jauh,” ucapnya ke Adam. Adam bingung dengan ucapan laki-laki itu. Apa maksud kalimat jangan jauh-jauh. “Kembalilah.” katanya lagi.
“Maaf, Kek. Saya mau mencari suami Surti dan anaknya.”
“Mereka baik-baik saja. Pulanglah...”
Adam terdiam sejenak, lalu beranjak pulang. Ia pun kembali ke raganya dan terbangun dengan desahan nafas yang berat. Ia memperhatikan situasi di kamarnya.
“Siapa kakek itu?” pikirnya. “Kenapa kakek itu bisa melihat sukmanya?”
Adam kembali berbaring dang berusaha tidur.
###
Arwah Surti masih gentayangan dan kini menemui Sumi, pembantu di rumah Adam. Sumi terbangun di kamarnya rumahnya, ketika mendengar suara ketukan di jendela. Sudah jam dua belas malam. Ia terbelalak dan kembali mendengarkan suara ketukan yang bertubi-tubi, sedangkan suaminya masih tertidur lelap. Ia berusaha membangunkan sang suami, tapi suaminya tidak bangun. Akhirnya Sumi ketakutan sendiri.