Misteri Rumah Mantan

Ahmad jimi
Chapter #2

Tinggal di rumah depok. #2

Tak terasa sudah 1 minggu lamanya, saya dan keluarga hari ini menempati rumah di Jalan Tole Iskandar kota depok.

Mobil MPV yang berwarna putih yang kami gunakan dalam perjalanan, melewati kemacetan menuju arah depok dalam waktu kurang dari 1 jam lamanya, tepat di gerbang berwarna hitam yang sangat tinggi, Vino menyalahkan kelakson mobilnya sebanyak 3 kali, hingga munculah seoarang lelaki sebaya yang bernama pak Udin dengan membuka gembok yang menguci pagar tersebut.

Berjalan amat pelan agak bongkok membuka pagar rumah tepat kami berhenti sejenak menunggu di luar, wajahnya agak misterius bagi orang yang baru mengenalnya, tapi kata Vino yang telah mengenalnya dia cukup baik agak dingin sedikit.

Lalu Kendaraan yang kami tumpangi memakir yang halamanya sangat luas, bisa di tampung 10 mobil lebih.

Dengan rasa capek, pegal dalam perjalanan rasanya terobati dengan mata kami memandang Indah nan mega rumah yang di beli Vino dengan harga murah.

Pak Udin berjalan di depan kami sambil mamandu dan membuka pintu utama dan lalu ia membalikan badan saat kami menginjak 2 baris lantai di dalam rumah tersebut.

Sangat terjaga dengan rapih tidak sedikitpun berubah polesan arsitektur dan meja, bangku, lukisan dan lain-lain khas belanda.

Tak tau apa yang menyebabkan perbedaan dengan rumah pada umumnya begitu berbeda seperti ada rasa sunyi dingin dan aku tak tau itu apa, atau mungkin saja belum terbiasa karna rumah ini sudah lama tidak di isi dan di bersihkan oleh penunggunya.

"Nah ini pak rumahnya, oh ya... saya mau permisi dulu membersihkan rumput di luar yang udah tinggi pak", sahut pak Udin sambil meminta ijin dengan menundukan pandangan.

"Oh ya Pak, terimakasih udah nganterin kita kesini", Vino sambil memberikan uang tip.

"Tidak pak, terimakasih ini udah tugas saya", Pak Udin sambil menolak pemberian Vino

"Kok gitu pak, kurang pak!", tanya Vino dengan keheranan.

"Yang terpenting bapak dengan keluarga betah disini dan hati-hati yak pak", ucap Pak Udin dengan sanyumnya agak kepaksa.

"Hati-hati, maksud Pak Udin", tanya Vino makin di buat tidak mengerti.

"Di dunia ini kita hidup tidak sendirian, melainkan ada mereka yang tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang dan mereka mampu melihat kita bahkan mengawasi apa yang kita lakukan", ucap Pak Udin dengan pandanganya yang sangat fokus.

"Maksud bapak apa, saya jadi malah binggung", ucap Vino dengan wajah terheran.

"Dia adalah Mahluk halus", ucap Pak Udin dengan suaranya pelan.

"Oh si bapak bikin saya jantungan, mana ada mahluk halus jaman sekarang", ucap Vino dengan memejamkan kedua matanya sejenak.

"Yasudah pak saya hanya mengigatkan, permisi pak saya mau membersihkan rumput di halaman, kalau ada yang perlu di bantu panggil saya aja, pak Vino", ucap Pak udin lalu membalikan badan.

Pak Udin lalu berjalan meninggalkan Vino yang berada di dalam rumah itu yang tidak jauh dari pintu utama, lalu ia menutup pintu dengan kedua tangganya, perlahan-laha ia tutup.

Lihat selengkapnya