Ku bangunkan Vino dengen mengebuk-gebuk badanya agar ia terbangun, namun usahaku tak membuatnya mengintip sedikit dengan matanya, suara yang memanggil tadi yang tak terdengar lagi, kembali terdengar, ku dengar dengan seksama suara itu, ya aku terdengar jelas itu panggilan Tiara.
Tapi mengapa ia memanggil jam malam seperti ini, bahkan seperti biasa ia mengubrak pintu ini dengan kencang, aneh sekali namun ku tak dapat memikirkan alasanya ku bergegas untuk membuka pintu kamar ini.
SREK!
Suara dorongan pintu, dengan kedua mata pasang penuh hati-hati mengintip, seluruh ruangan yang amat gelap, dari arah tangga ku melihat anaku sendiri Tiara sedang menaiki anak tangga dengan gaun berwarna serba putih.
Boleh jujur bulukuduku merinding pada saat itu, untuk menghilangkan rasa penasaran ku menyusul ke lantai 2, perlahan ku pijak tangga yang terbuat dari kayu, agak berisik karna langkah kakiku yang membuat suasana tengah malam menjadi semakin mencekam.
"Tiara?" Sahut ku memanggil anaku sambil melangkah naik tangga.
Suara Tiara yang memanggilku, sudah tidak ada, namun di akhir anak tangga, ku melihat Tiara sedang duduk menaggis di pojok di ruangan yang gelap tak bercahaya.
Ku mendekat, walau perasaanku tak yakin dia adalah anaku Tiara, dengan penuh hati-hati dan rasa was-was ku samperi hingga menetes air keringat di seluruh wajah.
"Tiara?" tanya Indah, lalu duduk di hadapanya.
Tiara masih menundukan pandanganya sambil menagis walau ku sudah di hadapanya, tapi tangisanya itu seperti rekaksi orang dewasa.
Ku menyentuh wajahnya agar ia menatapku dan aku bisa melihatnya dengan jelas dan tau apa yang terjadi sebenarnya.
"Hahaha", teriak Teria dengan suara mengema.
"Tiara ada apa denganmu, ini mamah", sahut Indah dengan tercengang.
Indah yang memandang dengan wajah tercengang, melihat anaknya itu dari bibirnya mengeluarkan darah dengan matanya bersinar berwarna merah, lalu dengan cepat mencekek lehernya, mendapat serangan itu lalu ia mencoba untuk melepaskanya dan usahanya berhasil.
Tiba-tiba Tiara raib dalam pandanganya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, dari arah belakang ada tangan menyentuhnya, lalu ia dengan cepat menoleh ke arah belakang.
"Tiara", sahut Indah sambil memanggil.
Indah tak menoleh panggilan ibunya, terus berjalan hingga di depan balcon lantai 2, ia memandang ke arah lantai bawah.
"Melihat keanehan tersebut pada anaknya, Indah mendekati ke arah balcon secara pelan-pelan dan menyentuh kedua pundak Tiara dari arah belakang namun tubuh anaknya sagat dingin.
"Jangan sentuh aku", ucap Tiara dengan suara mengema, ku lihat dengan mata ini yang di buat tak ingin sedikitpun mengedipkan mata, karna kuku anaknya perlahan-lahan memanjang sekitar 5 meter dan menoleh ke arah belakang.