Andi menegakkan kepalanya. Di tangannya ada beberapa lembar naskah drama yang akan dipentaskan Sanggar Cinta sebulan lagi. Ia sendiri yang menulis ceritanya, skenarionya dan ia juga sutradara dari pementasan teater itu. Memajukan Sanggar Cinta adalah obsesinya. Ia menjadi anggota Sanggar Cinta sejak kelas 2 SMU. Jiwa seninya yang tinggilah yang membawanya ke sini. Mulanya Sanggar Cinta dipimpin oleh seorang perempuan nyentrik yang kini sudah menikah dengan orang bule dan dibawa suaminya ke Australia. Perempuan itu kemudian memercayakan Sanggar Cinta kepadanya. Sejak awal perempuan itu percaya, Andi bisa dipercaya untuk mengurus Sanggar Cinta. Komitmennya kepada Sanggar ini sudah terlihat sejak baru masuk menjadi anggota. Ia selalu siap membantu semua kesulitannya. Andi juga piawai membawakan peran-peran yang diberikan kepadanya, terutama peran utama sebagai pria tampan yang diperebutkan cintanya oleh banyak wanita. Andi memang cocok memainkan peran itu. Wajahnya yang dewasa, tampan dan senyumnya yang memikat tidak hanya menjadi pesona bagi para tokoh dalam cerita, tapi juga dalam kehidupan nyata. Andi memang tidak menampakkan kearoganannya sebagai pria yang dianugerahi kelebihan, tapi dari gaya hidupnya yang suka bergonta-ganti pacar, semua orang bisa menangkap kearoganannya. Sejak kelas 2 SMU sampai semester awal ia kuliah, ia sudah bergonta-ganti pacar sebanyak 4 kali. Semua pacarnya adalah para pemain teater di Sanggar Cinta juga.
Sekarang ia sedang bingung. Ia sedang kesulitan menentukan ending untuk ceritanya. Ia merasa bosan dengan ending yang itu-itu juga. Dari dulu selalu begitu. Rebutan cinta, patah hati, bunuh diri. Ia ingin yang lain, tapi apa? Ia tahu karena selalu berhubungan dengan cerita cinta lah maka sanggar ini dinamakan Sanggar Cinta. Tapi, apakah cinta memang selalu harus berakhir dengan kematian? Romeo dan Juliet, Laila-Majnun, keduanya berakhir dengan kematian. Cerita-cerita itu memang romantis, dramatis dan mendayu-dayu. Tapi terlalu sering memainkan cerita-cerita seperti itu bisa bosan juga. Herannya, para penonton malah tidak bosan. Setiap kali Sanggar Cinta akan mementaskan teater, mereka datang berbondong-bondong. Yah, mungkin karena terlalu sepinya pertunjukan langsung di kota ini sehingga mereka mau menonton pertunjukan yang sebenarnya membosankan ini.
Andi menghela napas berat. Ada satu masalah lain yang mengganggunya. Ia bingung dengan dilema yang sedang dihadapinya. Ia harus memilih satu di antara dua. Dua-duanya memesona dan dua-duanya mencintainya. Sebenarnya ia sudah tahu siapa yang harus ia pilih, tapi ada risiko yang harus ditanggungnya jika ia memilih pilihan hatinya itu. Ia tak mau itu terjadi. Ia pusing. Kini baru ia tahu sulitnya menjadi pria berwajah tampan sepertinya.
“Hai, Kerry, selamat pagi!” suara Aline terdengar. Refleks Andi menoleh kepada sesosok tubuh yang sedang berjalan ke arahnya. Dia cantik, menawan, lembut, sabar. Dia, Kerry Kusuma, baru setahun menjadi anggota teater di Sanggar Cinta. Dialah yang telah menawan hatinya saat ini. Dia baru dua kali bermain dalam pementasan teater di Sanggar Cinta yang pentas setiap enam bulan sekali. Andi langsung menempatkannya sebagai pemain utama. Bukan karena dia cantik dan sangat cocok menjadi pemain utama wanita, tapi dia juga berbakat sebagai pemain teater. Kerry lah yang membuatnya tega melepas Mina, sesama pemain teater yang hanya tiga bulan dipacarinya. Untunglah tak ada keributan seperti biasanya. Semua juga tahu—begitu juga Mina—Andi itu playboy. Jadi siapa pun yang menjadi gadisnya harus siap kalau suatu hari diputuskan karena ada gadis lain.
“Apa kabar? Sudah selesai ceritanya?” suara lembut Kerry terdengar. Suara itu yang selalu dirindukan Andi. Andi tersenyum—seperti biasanya—senyum yang memikat semua wanita.
“Belum. Aku bingung endingnya.”
Kerry tersenyum dan duduk di depan Andi. Semerbak parfumnya membuat Andi semakin tertawan. Kerry mengambil lembaran kertas di tangan Andi, membacanya lalu mulai memberikan sumbangan ide. Satu lagi yang menonjol dari gadis cantik ini: pintar. Bagaimana Andi bisa melepaskannya hanya untuk wanita lain yang meskipun sama menawannya tapi tak membuatnya tertarik?
Ia harus memilih salah satu dari kedua gadis itu dan ia sudah memilih. Ia harus melakukan sesuatu agar ia bisa mendapatkan pilihan hatinya itu.
***
Kerry mengambil minuman soda kesukaannya dari dalam kulkas, selanjutnya duduk di meja makan yang tak jauh dari sana dan mulai meminum minumannya. Hm… nikmat. Ia sangat suka minuman soda meskipun ia tahu kalau terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan. Tapi kalau sudah suka, bagaimana lagi?
“Kau sudah pulang rupanya?” sebuah tanya membuat Kerry menoleh. Ia kenal suara itu, juga senyum tipis yang mirip cibiran di hadapannya.
“Ya. Ada apa?” Ia tahu gadis itu datang untuk sebuah maksud. Jika tidak, gadis itu tak mungkin bicara dengannya. Gadis itu bukan orang yang suka bicara kalau tidak penting.