Misterius LOVE

Yattis Ai
Chapter #2

Chapter 2. Kuliah, Hari Pertama

Tak pernah ada yang tau jalan hidup setiap manusia di masa depan. Siapapun dia, mereka hanya bisa berusaha.


Aku memulai kuliahku setelah minggu lalu selesai melaksanakan ospek mahasiswa. Aku memakai stelan celana panjang dan kemeja krem bermotif. Untuk beberapa alasan baju yang aku kenakan berbeda dari wanita biasanya. Semua pakaian diriku di design khusus oleh seorang desainer yang berada di bawah naungan butik ibuku. Ibuku pernah berpesan kepadaku bahwa meski mereka sudah tidak serumah dan memiliki kehidupan baru. Aku tetaplah anaknya dan harus mengenakan pakaian yang pantas dari seorangĀ anak model dan pemilik butik ternama. Karena sebab itulah lemariku penuh baju dengan berbagai model terbaru yang tak orang lain miliki. Bahkan aku sampai bingung karena ibuku selalu mengirimiku baju setiap bulannya.

"Ahh, paket baju lagi kah," gumamku setelah menerima paket kiriman dari ibu.

Aku taruh paket tersebut di pojok kamar yang mana terdapat beberapa kotak paketan disana. Lalu aku keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk segera berangkat ke kampus.

Sesampainya di gerbang kampus dengan sedikit berjalan kaki kira-kira 15 menit. Aku menuju fakultas hukum tempatku akan melaksanakan kuliah di hari pertama. Saat aku memasuki kelas tampak beberapa orang sudah terduduk disana. Aku memilih duduk di kursi bagian depan dengan posisi yang masih kosong. Aku lihat sekelilingku masih tampak wajah asing bagiku. Ada beberapa wajah yang sudah pernah dilihat olehku saat ospek beberapa waktu lalu yang melambaikan tangannya. Namun mereka terlihat sedang asik mengobrol di kursi belakang. Hingga akhirnya saat lima menit kuliah akan dimulai semua mahasiswa yang ada di luar sudah memasuki ruangan kelas.


Kuliah di hari pertama sudah selesai dengan dua pertemuanĀ di jam yang berbeda. Aku berjalan dengan salah satu temanku yang baru saja aku kenal di kelas beberapa waktu lalu. Namanya adalah Andine Shawl kebetulan kami tadi duduk bersebelahan saat kuliah di jam pertama dan sempat untuk saling berkenalan. Kami baru bertemu di kelas karena saat ospek berada pada tim yang berbeda sehingga hari ini adalah hari pertama kami bertemu dengan teman satu kelas.

"Bel, kau sudah dapat undangan dari senior tentang malam keakraban jurusan kita?" tanya Andin sembari berjalan disampingku setelah melihat pesan di hapenya.

"Yah, aku juga dapat," jawabku singkat.

"Jadi kau akan datang malam ini?" tanya andin kembali.

"Ntahlah, aku tidak tau."

"Amh, iya sih. Lagipula rumahku sedikit jauh dari kampus. Terlebih lagi baru hari pertama masuk kampus. Aku tak yakin orangtuaku akan mengijinkannya."

"Begitu kah," ungkapku tak terlalu perduli dengan acara tersebut ataupun pendapat Andin.

"Kau ini, tidakkah kau bisa serius sedikit. Acaranya malam loh. Bila kau ikut aku juga tentu akan ikut," ungkap Andin.

"Hahh, aku tak tau din. Lagipula meski kita diwajibkan ikut, kita bisa alasan untuk tidak datang kan. Bilang saja ada keperluan lain atau apa gitu," imbuhku sembari tersenyum tipis.

"Ah kau benar," lantas Andin jadi tak ambil pusing lagi perihal undangan makrab tersebut. Mereka berdua berjalan keluar gedung kampus dan berpisah di pertigaan jalan tempat orang-orang menunggu transportasi umum.

Lihat selengkapnya