Sepulang dari mall menggunakan angkutan umum.
Bella turun dari angkot lalu membuka pintu gerbang kost dan menuju lantai atas kamar yang dia sewa. Ditaruhnya barang belanjaan di kulkas serta ditaruh semua barang bawaan di pinggir lemari baju. Dia rebahkan badannya yang lelah akan kegiatan hari itu. Perlahan dia pejamkan mata bersamaan dengan jam yang menunjukan pukul 20.30 malam.
Tak berapa lama ponsel miliknya bergetar di mana dia letakkan di atas meja dekat lemari. Namun Bella tak menghiraukannya dan melanjutkan rebahan dengan menutup mata menggunakan lengan kirinya. Selang beberapa lama Bella mendengar suara yang mengganggu samar-samar dari lantai bawah kostnya. Kebetulan malam itu menunjukan pukul 21.00 dimana ada aturan dari ibu kost bahwa pintu kosan sudah otomatis dikunci dikarenakan beberapa waktu lalu ada salah satu kamar yang kebobolan maling. Namun karena Bella menyewa kamar VVIP di bagian atas jadi dia mendapatkan kunci duplikat gerbang sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan sebelumnya. Awalnya dia ingin menghiraukan apa yang dia dengarkan itu. Namun karna dia merasa sedikit penasaran dan matanya tak kunjung merem sedari tadi. Akhirnya dia putuskan untuk membuka pintu kamarnya dan menuruni tangga menuju pintu gerbang.
"Aneh sekali, Apa aku mengigau yah?" Bella menengok keluar gerbang tidak satupun orang dia lihat. Karena tak ada apapun disana dia putuskan untuk kembali ke lantai atas. Namun tiba-tiba dia mulai mendengar suara samar-samar dari ujung lorong gang gelap yang cukup dekat dengan gedung kosan yang dia tempati.
"Sebaiknya, kau jangan melewati ujung lorong sana. Lingkungan disana sangat buruk, copet, preman, bahkan kejahatan dimalam hari sering terjadi."
Tiba-tiba Bella teringat perkataan ibu kost dan menghentikan langkahnya. "Akhh....," Dia menghentikan langkah kakinya dengan memalingkan badannya kembali ke gerbang kost.
Meski dia memalingkan badannya tadi, namun jiwa penasaran tak bisa dipungkirinya. Dia membawa sapu lidi di dekat tong sampah yang berada di luar kosan dan melangkah menuju lorong sepi dengan lampu agak redup disana. Glekk, Bella mulai menelan ludahnya pertanda rasa gugup menghantuinya.
Selangkah demi selangkah dia mendekati tempat ujung lorong tersebut. Hingga dia melihat seseorang berlari di pertigaan ujung lorong dan terdengar teriakan minta tolong.
"Tolong!"
Seketika matanya melotot dan tangannya mulai menggenggam erat sapu yang dia pegang itu. Di ujung lorong dengan penerangan yang minim dia mempercepat langkahnya. Dia mengintip sekilas sesampainya di pertigaan lorong. Bella melihat seorang perempuan yang bersimbah darah tergeletak dengan beberapa pukulan diwajahnya. Seketika Bella refleks mengangkat sapu ditangannya ketika mereka yang tak sadar kehadirannya. Namun sebelum tepat Bella memukul orang tersebut, dia tak sadarkan diri akibat pukulan di pundaknya. "Akh, jangan bercanda. Kenapa aku justru yang jatuh," Bella tersungkur seketika perlahan menutup matanya sebelum sempat melihat jelas wajah mereka yang melakukan hal tersebut padanya.
"Yahh, kenapa dia ada disini?" ujar lelaki yang tiba-tiba melihat Bella terkapar di belakangnya.
"Ayo kita bereskan mereka sebelum ada yang datang." ujar seseorang yag baru datang yang memukul Bella dari belakang. Dia mencoba membawa Bella yang sedang pingsan tersebut.
Niuw niuw niuw... suara sirine polisi terdengar.
"Sial, rupanya wanita ini menelpon polisi!"
"Jadi bagaimana?"
"Ayo kita lari!"
Dari lorong jalan terang terlihat polisi mulai berdatangan. Akhirnya Bella dan wanita yang terluka parah itu dibawa ke rumah sakit terdekat untuk pertolongan utama.
***