Mistery Ketua Klub Renang

Moycha Zia
Chapter #4

Chapter #4 Kenzo dan Kolam Renang

Matahari pagi menyengat, menembus celah-celah dedaunan pohon trembesi di kampus. Nichan menggerutu. Pagi ini, ia harus kembali ke perpustakaan untuk mengembalikan buku Kalkulus yang terlalu rumit ia pinjam kemarin. Bukan karena ia tidak mengerti, tapi otaknya terasa overheated setelah obrolan singkat, tapi anehnya agak hangat dengan Kenzo kemarin sore. Obrolan tentang matematika, dari semua hal. Siapa sangka, ketua klub renang yang angkuh itu punya passion yang sama dengan dirinya? Perasaan campur aduk itu membuat kepalanya sedikit pusing.

"Chan, mau ke mana sepagi ini?" Suara Rina mengagetkannya saat ia baru saja keluar dari gedung asrama. Rina menguap lebar, rambutnya masih berantakan.

"Perpustakaan. Mau balikin buku," jawab Nichan singkat, tanpa menoleh. Ia berjalan lebih cepat, ingin segera menyelesaikan urusan ini dan melupakan interaksi kemarin.

Rina mengernyitkan dahi. "Tumben? Kamu kan biasanya suka berlama-lama di sana. Apa jangan-jangan... ada yang menarik di sana?" Nada suara Rina penuh selidik, dan Nichan tahu persis ke mana arah pembicaraan ini.

"Tidak ada. Hanya buku yang terlalu tebal," Nichan berbohong dengan cepat, mencoba menghindari topik Kenzo.

"Oh, ya? Atau jangan-jangan ada orang yang terlalu menarik?" Rina terkikik, mengejar Nichan yang sudah jauh di depan, "Jangan bilang kamu ketemu sama si Kenzo lagi, ya? Kan kemarin kamu udah cerita dia di kelas yang sama."

"Aku tidak tertarik," potong Nichan tegas. Namun, ada sedikit rasa panas di pipinya yang tak bisa ia jelaskan. Ia hanya merasa jengkel pada dirinya sendiri karena tiba-tiba merona.

"Oh, benarkah? Kalau gitu, kenapa kamu kelihatan agak salting setiap kali aku sebut namanya?" Rina mengangkat alisnya, senyum jahil merekah di bibirnya.

"Itu, karena kamu cerewet!" Nichan mempercepat langkahnya lagi, berusaha mengakhiri percakapan ini. Rina hanya tertawa di belakangnya, suaranya seperti bel yang berdenting, yang entah mengapa membuat suasana sedikit lebih ringan.

Mereka berpisah di persimpangan jalan menuju perpustakaan. Nichan akhirnya bisa menarik napas lega. Setidaknya, Rina tidak mengikutinya sampai ke dalam perpustakaan. Ia berjalan menyusuri koridor yang teduh, pikirannya masih berkutat pada Kenzo. Sisi misterius pria itu, ditambah dengan kecerdasannya di matematika, membuat Nichan sedikit penasaran. Bukan tertarik, hanya penasaran. Ya, penasaran saja.

Langkah kakinya tiba-tiba terhenti. Dari kejauhan, ia melihatnya. Kenzo.

Pria itu duduk di bangku taman dekat area kolam renang, meskipun agak jauh dari kolamnya sendiri. Tangannya memegang sebuah buku yang tampak seperti buku Kalkulus lanjutan juga, sama seperti yang ia pegang kemarin. Wajahnya serius, sesekali mengernyitkan dahi, namun tidak ada tanda-tanda kemurungan seperti yang Nichan lihat sebelumnya. Ia terlihat damai, tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Lihat selengkapnya