Mistery Ketua Klub Renang

Moycha Zia
Chapter #8

Chapter #8 Kopi dan Kalkulus

Nichan berjalan keluar dari ruangan Pak Surya dengan langkah ringan, nyaris melayang. Ia berhasil! Setidaknya, ia berhasil membuat dosen legendaris itu mempertimbangkan. Itu sudah kemenangan besar di matanya. Ia mengeluarkan ponselnya, berniat memberi tahu Kenzo, namun urung. Ia ingin melihat reaksi Kenzo secara langsung. Ada kepuasan tersendiri dalam memberikan kabar baik secara pribadi.

Ia memutuskan untuk menuju kafe kampus, tempat ia dan Kenzo biasa bertemu, berharap Kenzo ada di sana. Benar saja, Kenzo sudah duduk di meja pojok yang sama, dengan buku Kalkulus tebal dan secangkir kopi hitam mengepul di depannya. Pria itu sibuk mencoret-coret di notebook-nya, dahinya berkerut dalam konsentrasi.

Nichan mendekat dengan senyum tipis yang tak bisa ia sembunyikan, "Tumben, tidak menyelamatkan bola anak kecil lagi?"

Kenzo mendongak, matanya sedikit terkejut melihat Nichan. Ia menutup notebook-nya dengan nada suara sedikit mengejek, "Oh, kau. Sudah selesai dengan misi pentingmu?"

Nichan duduk di hadapan Kenzo dengan menyilangkan tangan di dada, "Sangat sukses, terima kasih banyak."

Kenzo mengangkat satu alisnya, "Oh ya? Jadi, Pak Surya setuju?"

"Belum sepenuhnya setuju," jawab Nichan, menikmati ekspresi penasaran di wajah Kenzo, "Tapi dia akan mempertimbangkannya. Itu sudah kemajuan luar biasa!"

Mata Kenzo sedikit membesar, "Benarkah? Wah, itu berarti kau memang punya talent membujuk orang."

"Tentu saja," Nichan mengibaskan rambutnya penuh dramatis, "Aku ini ahli negosiasi ulung. Kamu saja yang tidak tahu."

Kenzo terkekeh, "Aku jadi penasaran, apa yang kau katakan padanya sampai dia mau mempertimbangkan?"

"Rahasia," Nichan berbisik, lalu bersandar ke kursi, "Tapi intinya, aku membuatnya melihat masa lalu yang cerah, bukan yang kelam."

"Kau ini memang pintar membolak-balik kata," Kenzo menggeleng-gelengkan kepala, senyumnya semakin lebar, "Jadi, hadiahku?"

Nichan memutar bola matanya, "Apa? Kau mau cerita traumamu sekarang?"

Senyum Kenzo sedikit memudar, "Tidak secepat itu. Tapi mungkin aku akan memberikan bocoran." Ia mencondongkan tubuhnya, "Itu ada hubungannya dengan kegelapan."

Nichan mengerutkan kening dengan menampilkan wajahnya yang polos, "Kegelapan? Apa kau trauma listrik padam?"

Kenzo tertawa, kali ini lebih keras. Beberapa mahasiswa di sekitar mereka menoleh, "Bukan. Maksudku air gelap. Air yang dalam dan tidak terlihat dasarnya."

Nichan terdiam. Air yang gelap? Mengingat Kenzo adalah ketua klub renang, ini semakin aneh, "Jadi, kamu takut air keruh?"

"Bukan keruh," Kenzo menghela napas, mencoba menjelaskan, "Lebih dari sesuatu yang tidak bisa kau lihat di dalamnya. Ketidakpastian."

"Oh, jadi kamu takut yang tidak pasti? Pantas saja kamu suka matematika. Matematika kan penuh kepastian," Nichan menyindir.

Kenzo mendengus, "Itu bagiannya. Tapi ada lagi. Ada kaitannya dengan waktu yang lama di bawah air."

Nichan menatap Kenzo curiga, "Jangan-jangan kamu pernah jadi putri duyung, ya?"

Kenzo nyaris tersedak kopinya. Ia menatap Nichan dengan campuran tidak percaya dan geli, "Putri duyung? Nichan, kau ini ada-ada saja."

"Habisnya, penjelasanmu terlalu samar," Nichan mengangkat bahu, "Ketua klub renang takut air gelap dan waktu lama di bawah air. Jangan-jangan kamu itu vampir yang alergi air?"

"Kalau aku vampir, aku tidak akan minum kopi di siang bolong," Kenzo menunjuk cangkirnya, "Dan aku tidak mungkin sesering itu terkena matahari saat latihan renang."

"Hmm, benar juga," Nichan mengangguk-angguk, "Atau kamu alien yang menyamar sebagai manusia dan alergi H2O?"

Lihat selengkapnya