Mistery Ketua Klub Renang

Moycha Zia
Chapter #9

Chapter #9 Kedalaman dan Ketinggian

Setiap kali Kenzo berhasil melewati satu tahap, Nichan dengan girang mengumumkan, "Waktunya nasi goreng!" Dan Kenzo akan tersenyum kecil, tahu bahwa ia harus menanggung candaan Nichan sepanjang jalan menuju kantin. Namun, di balik semua lelucon itu, ada kemajuan yang nyata. Kenzo, sedikit demi sedikit, mulai terbiasa dengan air yang lebih dalam, meski ia masih sangat menghindari menyelam atau membiarkan kepalanya di bawah air terlalu lama.

"Oke, Kenzo," kata Nichan suatu sore di tepi kolam, setelah mereka berhasil membuat Kenzo bisa berdiri di kedalaman 1,5 meter tanpa rasa panik berlebihan, "Minggu depan, kita coba berenang dari ujung dangkal ke tengah kolam. Perlahan saja."

Kenzo menghela napas panjang, "Itu agak jauh, Nichan. Dan dalamnya dua meter."

"Tenang saja, aku akan di sampingmu," Nichan meyakinkan, "Dan kalau kau panik, kau bisa pegang tanganku."

Kenzo menatapnya, ekspresinya antara percaya dan ragu, "Kau yakin?"

"Yakin! Aku kan penyelamatmu," Nichan tersenyum bangga, "Bayangkan saja ini Kalkulus dalam air. Ada polanya, ada solusinya. Hanya butuh keberanian untuk mencoba."

Kenzo akhirnya mengangguk, "Baiklah. Demi nasi goreng spesial."

Nichan tertawa, "Hahaha. Bagus! Sekarang, ayo kita makan. Perutku sudah bernyanyi lagu kelaparan."

Saat mereka berjalan keluar dari area kolam, melewati lorong yang sepi, Kenzo tiba-tiba berhenti, "Nichan, soal Pak Surya ..."

"Ya?" Nichan menoleh.

"Beliau menghubungiku kemarin," Kenzo berkata, suaranya sedikit gembira, "Dia bilang, dia akan menerima tawaranmu."

Mata Nichan membelalak, "Benarkah?! Dia setuju jadi pembimbing klub panjat tebingku?!"

Kenzo mengangguk, senyum tipis terukir di bibirnya, "Ya. Dia bilang, ada seorang mahasiswa gigih yang berhasil menyadarkanku. Kurasa itu kau."

Nichan melompat kegirangan, nyaris menabrak Kenzo, "Astaga! Ini kabar terbaik yang pernah kudengar! Terima kasih, Kenzo! Kau benar-benar luar biasa!" Tanpa sadar, Nichan memeluk Kenzo erat melupakan semua kecanggungan di antara mereka.

Kenzo sedikit terkejut, namun ia membalas pelukan Nichan, "Sama-sama. Itu semua karena usahamu."

Nichan melepaskan pelukan, pipinya sedikit merona, "Maaf, aku terlalu senang."

Kenzo hanya tersenyum hangat, "Tidak apa-apa."

"Jadi, kapan aku bisa bertemu dengannya lagi?" Nichan bertanya, semangatnya meluap-luap.

"Aku sudah aturkan. Besok siang, di ruang dekan. Beliau akan datang bersama kita untuk mengajukan proposal ulang," jelas Kenzo.

"Wow, ini cepat sekali!" Nichan takjub, "Kau memang punya koneksi yang hebat, Kenzo."

"Tentu saja," Kenzo mengangkat bahu, "Aku kan orang penting di kampus ini."

"Angkuh lagi," Nichan mendengus, namun senyumnya tak hilang, "Baiklah, kalau begitu, aku harus mempersiapkan diri. Aku harus membuat proposal yang sempurna. Dan mencari lima puluh anggota, ya ampun."

"Jangan khawatir soal anggota," Kenzo berkata tenang, "Aku bisa membantumu menyebarkan informasi di kalangan klub olahraga lain. Banyak yang mungkin tertarik dengan panjat tebing tapi tidak tahu bagaimana memulainya."

"Benarkah?" Nichan menatapnya dengan mata berbinar, "Kau mau membantuku lagi? Bukannya itu bukan bagian dari 'kesepakatan' kita?"

Kenzo tersenyum misterius, "Anggap saja ini bonus. Atau sebagai imbalan untuk nasi goreng yang akan kau traktir."

Nichan terkekeh, "Dasar mata duitan. Oke, deal!"

Mereka terus berjalan menuju kantin, membicarakan rencana untuk merekrut anggota klub dan detail teknis lainnya. Nichan merasa sebuah beban besar terangkat dari pundaknya. Dengan Kenzo dan Pak Surya di sisinya, impian klub panjat tebingnya terasa semakin nyata.

Beberapa hari kemudian, proses pengajuan proposal klub panjat tebing berjalan lancar. Dengan kehadiran Pak Surya sebagai pembimbing dan dukungan Kenzo di belakang layar, dekanat memberikan persetujuan awal. Nichan harus mengumpulkan minimal 30 anggota dalam satu bulan pertama, dan baru setelah itu dana awal akan cair.

"Tiga puluh anggota dalam sebulan! Aku harus mulai promosi besar-besaran!" Nichan berseru pada Rina yang sedang asyik bermain game di ponselnya.

"Semangat, Chan!" Rina hanya menyahut tanpa mengalihkan pandangan, "Tapi jangan lupa ajak si Kenzo itu, siapa tahu dia bisa jadi magnet buat para mahasiswa."

Nichan memutar bola mata, "Dasar! Tapi mungkin ada benarnya juga."

Nichan dan Kenzo mulai mempromosikan klub panjat tebing. Mereka membuat poster, menyebarkannya di papan pengumuman, dan bahkan Kenzo sesekali ikut membantu Nichan menjelaskan tentang panjat tebing kepada mahasiswa yang lewat. Kehadiran Kenzo yang populer itu memang sedikit banyak membantu menarik perhatian. Beberapa mahasiswa yang awalnya hanya ingin melihat Kenzo, akhirnya jadi tertarik dengan panjat tebing.

"Kau tahu, Kenzo," kata Nichan suatu sore, setelah mereka selesai memasang beberapa poster di sekitar gedung fakultas, "Dulu aku benci melihat wajahmu ada di mana-mana. Sekarang, aku bersyukur."

Kenzo terkekeh, "Kau ini, bisa saja. Tapi aku memang tampan, kan?"

Lihat selengkapnya