Mistery Ketua Klub Renang

Moycha Zia
Chapter #10

Chapter #10 Titik Balik

Setelah insiden di kompetisi renang, Kenzo menghilang selama beberapa hari. Nichan mencoba menghubunginya, mengirim pesan, bahkan mendatanginya di asrama dan kelas, tapi Kenzo seperti ditelan bumi. Nichan mengkhawatirkan Kenzo. Rasa bersalah karena insiden itu menghantui Nichan, seolah Kenzo mundur lagi karena ia gagal memberinya dukungan yang cukup.

"Chan, sudah berapa kali kamu bolak-balik ke asrama Kenzo?" tanya Rina suatu sore, melihat Nichan kembali dari perjalanan sia-sianya, "Dia butuh waktu sendiri, mungkin."

"Tapi dia tidak membalas pesanku, Rina," jawab Nichan cemas, "Aku takut dia benar-benar putus asa. Semua kemajuan itu."

"Dia pria dewasa, Chan. Dia pasti bisa mengatasinya," kata Rina, mencoba menenangkan, "Kamu fokus saja dengan klub panjat tebingmu. Itu juga penting, kan?"

Nichan menghela napas. Tentu saja klubnya penting, tapi Kenzo juga penting. Rasa cemas itu terus menggerogotinya.

Pada hari kelima Kenzo menghilang, Nichan menerima pesan singkat dari nomor tak dikenal.

 

 

Tring …

 

 

Pesan tak dikenal, “Temui aku di danau belakang kampus. Malam ini, jam 9.”

 

Jantung Nichan berdegup kencang. Itu pasti Kenzo. Danau belakang kampus adalah tempat terpencil, gelap, dan sangat jarang dikunjungi mahasiswa. Nichan merasa sedikit takut, namun ia tahu ia harus pergi. Ini adalah satu-satunya kesempatan untuk berbicara dengan Kenzo.

Malam harinya, Nichan mengenakan jaket tebal dan membawa senter kecil. Danau belakang kampus memang gelap gulita, hanya diterangi rembulan tipis dan lampu-lampu kota yang jauh. Udara terasa dingin dan lembap. Nichan berjalan perlahan, matanya mengamati sekeliling. Ia melihat siluet seseorang duduk di tepi danau, membelakanginya.

"Kenzo?" panggil Nichan pelan.

Pria itu menoleh. Benar, itu Kenzo. Wajahnya terlihat lelah dan murung, mata yang biasanya tajam kini tampak kosong. Ia sama sekali tidak memakai kaus, hanya celana training pendek, padahal udara sangat dingin. Ia duduk di tepi danau, kakinya terendam air yang hitam dan tenang.

Nichan mendekat, duduk di sampingnya, menjaga jarak, "Kau baik-baik saja?"

Kenzo tidak menjawab. Ia hanya menatap air danau yang gelap.

"Aku minta maaf soal kemarin," Nichan memulai, "Aku tidak tahu kau akan ikut kompetisi itu. Aku juga tidak tahu kalau fobia itu bisa kambuh separah itu."

Kenzo akhirnya bersuara, suaranya serak, "Aku tidak memberitahumu karena aku ingin membuktikan bahwa aku bisa. Aku ingin membuktikan pada diriku sendiri, pada mendiang ayahku, bahwa aku sudah kuat. Tapi, aku gagal, Nichan. Aku gagal lagi."

"Kau tidak gagal," Nichan bersikeras, "Kau sudah sangat berani sampai sejauh itu. Jauh lebih berani dari siapa pun yang kukenal. Siapa yang berani menghadapi ketakutannya di depan ribuan orang, Kenzo? Hanya kau."

Kenzo menghela napas panjang, tatapannya masih terpaku pada air, "Tapi aku panik. Aku melihat lagi bayangan masa lalu itu. Gelap, dingin, sendirian."

Nichan memberanikan diri, mengulurkan tangannya dan menyentuh lengan Kenzo yang dingin, "Dulu kau sendirian, Kenzo. Tapi sekarang tidak. Ada aku di sini. Aku akan selalu bersamamu."

Kenzo menoleh, menatap Nichan. Di kegelapan itu, Nichan bisa melihat air mata menggenang di mata Kenzo, "Untuk apa? Kenapa kau peduli, Nichan? Aku ini hanya orang yang lemah yang tidak bisa mengatasi ketakutannya sendiri."

"Kau bukan orang lemah!" Nichan menaikkan suaranya sedikit, "Kau adalah orang terkuat yang kukenal! Kau memilih untuk menghadapi ketakutannya, hari demi hari, bahkan saat itu menyakitkan. Itu namanya kuat, Kenzo. Kuat sekali."

Nichan menarik tangannya, lalu menunjuk danau yang gelap, "Bagaimana kalau kita coba sekarang?"

Lihat selengkapnya