MISTIS & MEDIS

Linda Fadilah
Chapter #12

KABAR BAHAGIA ITU TIBA

Malamnya. Setelah pulang ke rumah, aku langsung bersih-bersih dan tidur. Tidak lupa Ibu membacakan surah Al-Fatihah yang diinstruksikan Mak Emi dan aku pun membaca yang Mak Emi instruksikan.

Hingga aku terlelap dalam mimpi...

Dalam mimpi, Aku berada di sebuah bentangan sabana yang sangat luas nan indah, tidak ada seorang pun di sana kecuali aku. Aku berjalan-jalan menelusuri sabana itu dengan riang gembira, menikmati keindahan pemandangan yang memanjakan mata. Hingga aku tiba di sebuah bentangan kebun dengan berbagai macam bunga yang cantik. Aku senang berada di sana, aku menikmatinya, merasa sangat nyaman tanpa ada satu orang pun yang mengganggu. Tanpa rasa sakit yang aku rasakan. Tanpa penderitaan yang aku alami.

Hingga akhirnya, tiba-tiba seperti ada yang menarik tubuhku dari belakang sangat kencang sampai aku tiba-tiba berada di sebuah ruangan gelap. Sangat gelap tanpa cahaya. Tiba-tiba perlahan, tepat di depanku ada setitik cahaya yang semakin lama kian semakin membesar sampai menyilaukan mata.

Dan muncul seorang perempuan mengenakan baju berwarna hitam polos. Dia tersenyum sinis padaku, melangkahkan kakinya mendekatiku hingga kami saling berhadapan. Aku tidak mengenali perempuan itu, seorang perempuan yang memiliki mata sipit di balik kacamata minusnya, rambutnya lurus sebahu berwarna hitam dengan tatapan tajam dan senyuman menyeramkan. Aku melangkah mundur menjauhinya, hingga seperti ada yang menarikku lagi dari belakang hingga sosok perempuan itu tidak bisa aku lihat, dan setelah itu Aku terbangun. Tepat di pukul satu malam.

Aku tercenung. Napasku ngos-ngosan seolah-olah aku baru saja berlari jauh. Aku tidak tahu dan betul-betul tidak mengenal sosok perempuan itu siapa? Mengapa senyuman dan tatapannya begitu menyeramkan? Aku curiga, kalau ini adalah yang dimaksudkan Mak Emi soal petunjuk dari siapa yang mengirim guna-guna padaku.

Entah. Sepertinya begitu.

***

Satu Minggu berlalu.

Saat Mak Emi memberikan sebotol air mineral itu untuk membantu mengusir energi negatif dalam diriku dan hasilnya sungguh sulit dipercaya.

Bagian dari kedua kakiku yang bengkak mulai mengecil, rasa sakitnya pun tidak separah kemarin-kemarin. Meski air dalam kakiku itu masih saja mengalir, tapi aku bisa berjalan dengan lancar walau masih sedikit pincang.

Aku bisa melakukan aktivitas apa pun, bahkan saat bekerja pun aku bisa dengan sedikit leluasa memajang barang dan melayani pelanggan. Aku sudah bisa pakai sepatu high-heels lagi. Aku bersyukur dengan perubahan apa yang sudah terjadi padaku. Bahkan teman-temanku juga merasakan kebahagiaan yang aku rasai saat itu.

“Alhamdulillah ... Allah sayang sama kamu,” kata Kak Rubi. “Tapi inget ... jangan capek-capek dulu, terus kencengin lagi ibadah kamu, biar nggak ada lagi hal-hal yang katanya mistis nyerang kamu lagi.”

“Iya, alhamdulillah aku bisa ngerasain rasanya lega. Gimana sih ... kayak seneng gitu?”

“Iya, tahu,” kata Kak Rubi. “Sekarang lebih jaga kesehatan lagi.”

“Oke,” kataku sambil membuat tanda ok dengan jari dan senyum.

Lalu, aku juga bercerita pada Anisa perihal yang aku rasakan tentang kondisiku saat itu. Ketika kami ada kesempatan berlibur bersama ke pantai Pelabuhan Ratu, bersama Bapak yang menemani. Aku duduk-duduk di bibir pantai sama Anisa sambil menikmati deburan ombak dan harumnya aroma laut, ditemani dua buah kelapa muda.

“Alhamdulillah,” katanya sambil senyum. “Nanya-nanya ke orang mana itu?”

“Parung Kuda,” kujawab.

“Jauh amat?”

Aku mengangguk.

“Ya udah, ke sana lagi. Biar tahu perkembangannya. Terus jangan ganti-ganti orang, udah aja itu. Soalnya katanya, kalau yang begitu mah cocok-cocokan. Meskipun ada yang rekomendasiin ke kamu Ustaz atau dukun atau orang pinter yang ampuh dan terkenal ke mana-mana, tapi kalau kamunya nggak cocok, nggak bakalan mempan.”

Aku mengangguk-angguk paham.

“Kalau itu ... termasuk dukun, atau orang pintar?” kutanya.

Anisa terdiam. Sepertinya berpikir keras atas pertanyaanku. Dia akhirnya menatapku. “Mungkin ... orang pintar? Soalnya dia suruh kamu buat baca-bacaan yang ada di Al-Qur'an yang dipercaya bisa ngusir setan. Iya, nggak?”

Aku mengangguk-angguk. “Iya, sih.”

“Pokoknya gini ... percaya mah sama Allah. Orang-orang yang pernah kamu temuin buat sembuhin sakit kaki kamu ini, anggap aja sebagai perantara antara Allah sama kamu. Kamu harus percaya kalau keajaiban Allah itu ada.”

Aku mengangguk dan tersenyum.

***

Lihat selengkapnya