MISTIS & MEDIS

Linda Fadilah
Chapter #13

EUFORIA

Aku kembali bekerja dengan penuh keceriaan. Banyak teman-temanku yang mengucapkan selamat atas kesembuhanku, senyuman tiada habisnya. Meski mereka masih heran melihat kondisi kakiku, tapi selalu kuyakini mereka bahwa kakiku juga sedang dalam proses pemulihan.

Karena aku hanya memberitahu tentang penyakit mistisku pada Anisa, Kak Rubi dan Kak Ulfa saja. Selebihnya, mereka hanya tahu aku sakit kelenjar getah bening.

Dan satu lagi yang harus kamu tahu, sebetulnya tidak ada yang tahu soal penyakit TB Kelenjarku—orang-orang hanya tahu aku sakit Kelenjar getah bening, bukan TB—kecuali Ibu, Bapak dan Anisa. Selebihnya mereka, bahkan Kakak dan adikku pun tidak tahu. Ibu mewanti-wanti untuk merahasiakan ini pada siapa pun karena Ibu khawatir kalau aku bisa saja dijauhi.

Hal pertama yang aku lakukan ketika kembali ke dalam duniaku yang sempat redup redam, adalah memulai kembali berkumpul bersama teman-teman, mulai menyusun kembali bagian puing-puing puzzle masa laluku yang telah hilang dan menyalakan kembali lampu kebahagiaan.

Pulang bekerja, kami pun “Botram” atau yang sering disebut makan bersama dan masak-masak di rumah salah satu temanku, Yayu. Jarak rumahnya agak lumayan dari tempat kerja. Kami masak-masak dan makan bersama, meski sederhana tetapi terasa bahagia. Penuh tawa, canda, cerita. Hingga aku lupa dengan rasa malu perihal kakiku. Tapi, aku berjanji pada diriku sendiri untuk kembali bangkit dan memulai kehidupan dari awal dengan keceriaan.

Meski tidak sedikit orang yang masih memandang kakiku dengan jijik.

Tapi aku sungguh tidak peduli.

Saking senang menikmati kebersamaan, hingga kami lupa waktu dan ujung-ujungnya kami semua pulang larut malam. Aku diantar Kak Rubi sampai rumah.

Esoknya, aku mendapat kabar bahwa perusahaan tempatku bekerja akan mengadakan gathering ke Dufan. Hatiku sangat bahagia, aku dapat membayangkan bagaimana kesenangan dan keceriaan kami di sana.

Hingga waktunya tiba. Apa yang aku bayangkan menjadi kenyataan. Euforia dalam diriku siap berkembang pesat dan tak terkendali. Kami bersenang-senang di Dufan, berbagai wahana kami naiki dengan canda dan tawa. Saat itu, aku bisa berlari, kawan. Betul-betul bisa berlari. Bahkan aku tidak percaya selama satu tahun aku berjalan pincang dan tidak bisa berjalan jauh. Untuk kali itu, untuk kali pertama aku bisa kembali merasakan bagaimana langkah kakiku berlari. Sungguh sangat menyenangkan dan aku sangat bahagia.

Saat itu, setelah puas menikmati setiap wahana yang ada, akhirnya kami beristirahat di pelataran dan makan bersama di sana. Terlihat di hamparan pelataran yang luas penuh dengan orang-orang yang memakai baju kaus berwarna biru Navy yaitu kaus dari perusahaanku. Kami menikmati makan bersama di sana, walau banyak pengunjung lain yang menatap kami dengan heran dan sinis tapi kami tidak peduli.

Kami menikmati suasananya, kebersamaannya dan bercengkerama yang membuat kami semakin dekat.

***

Satu bulan berlalu...

Ada suatu masalah yang menghampiriku. Yaitu aku difitnah oleh teman yang aku anggap selalu mengerti dan selalu baik di depanku, tetapi nyatanya di balik semua itu, justru dia yang mengadu dengan segala fitnahnya pada atasanku, kalau kinerjaku tidak stabil dan hanya menangguhkan semua pekerjaan pada dia.

Lihat selengkapnya