Keyra baru kembali dari toilet.
Setelah melepaskan penat, rasa kesal dan amarah yang membuncah di dadanya. Saat ia mengambil posisi duduk, Mita teman sebangkunya berbisik dengan wajah terlihat panik.
“Key tadi Reno ngebelain lo, terus dia berantem deh sama Atlas. Sekarang mereka di bawa Pak Andra ke ruangannya!” Keyra terkejut dan reflek berlari ke ruangan Pak Andra, sesampainya di sana, ruangan itu sudah kosong.
“Hei, lo nyariin siapa?” Tanya Reno mengikuti arah mata Keyra, sambil memegangi pipinya yang memar.
Tiba-tiba ia kaget saat Reno berdiri di belakangnya. Spontan rasa cemas menyerbu Keyra, saat melihat wajah Reno penuh luka. Konsentrasinya tiba-tiba menurun seperti ada potongan aneh kini berputar di kepalanya. Wajahnya pucat, tangannya tiba-tiba gemetar. “Nggak ada apa-apa Key” Batinnya.
“Key, lo kenapa! kok jadi pucat, lo sakit?” Reno menyadari perubahan wajah Keyra.
“Nggak gue nggak apa-apa, lo kok ada di sini!” Keyra terlihat bingung, dengan napas yang tidak stabil, seperti habis berlarian berkilo-kilo meter jauhnya.
“Lo yakin nggak apa-apa? muka lo pucat banget soalnya,” Ucap Reno menunjuk wajah Keyra.
“Beneran gue nggak apa-apa. Itu pipi loe kenapa?” Tanyanya lemas sambil menunjuk wajah Reno.
“Ini, cuma luka kecil doang. Ke kelas yuk!” Tukasnya menunjuk pipinya sendiri.
“Kecil apanya! Kalau nggak diobatin bisa infeksi tau. Mending kita ke UKS dulu, biar luka lo bisa diobati?” Ajak Keyra
“Tapi!”
“Udah bawel, ikut gue,” Tukasnya berjalan menuju ruang UKS, Reno yang bingung hanya mengangguk mengikuti Keyra.
Sesampainya di UKS. Atlas yang sudah lebih dulu di sana. Tampak jengkel saat melihat dua orang yang memancing emosinya memasuki ruang UKS. Keyra memilih menunggu di depan pintu, sementara Reno duduk di kursi kosong belakang Bu Reina yang sedang membersihkan luka Atlas.
“Kenapa! Kamu luka juga?” Guru itu menoleh ke belakang.
Reno hanya mengangguk.
“Udah gede tapi hobi berkelahi,” Tukasnya sambil memolesi obat merah di bagian pelipis Atlas.
“Dia duluan bu yang mulai,” Tutur Atlas seakan mengadu untuk melakukan pembelaan.
“Nggak ada yang dulu-duluan, keduanya tetap sama-sama salah. Lain kali jangan diulangi lagi. Ngerti!”
“Iya bu,” Tukas Atlas, sementara Reno hanya menganggukkan kepala.
“Udah selesai, nanti dirumah diolesi obat merah. Lain kali kalau ke sekolah itu belajar, bukan berkelahi. Emangnya mau ggak lulus?” Bu Reina berdiri dan berjalan ke arah Reno setelah mengobati Atlas.
Keduanya hanya terdiam. Atlas yang lebih dulu selesai, pergi meninggalkan ruang UKS dengan tatapan jengkel. Mata Atlas beradu dengan mata coklat milik Keyra keduanya saling diam dan memasang wajah dingin.
“Sudah selesai, nanti di rumah pipinya dikompres ya!”
Reno mengangguk, kemudian ia pun izin kembali ke kelas diiringi Keyra berjalan bersisihan dengannya. Gadis itu mengepal ke dua tangannya, dengan wajah menunduk. Bibirnya terasa kelu seperti ingin menyampaikan sesuatu, namun ia ragu dan hanya bisa menggigit bibir bawahnya.
Setelah beberapa detik ia memejamkan matanya, gadis itu membuka suara.
“Terima kasih, udah ngebelain gue!” Kaki Reno terhenti, melirik ke samping kemudian tersenyum.