Wes tak coba, nglalekake
Jenengmu soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Iseh tresno sliramu
Umpamane kowe uwis mulyo
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengen ketemu
Senajan sak kedeping moto
Kanggo tombo kangen jroning dodo
Kudapati suami bersenandung milik penyanyi legendaris sambil memandikan ayam kesayangan. Walau tak semerdu penyanyi aslinya tapi sudah bikin hati meleleh. Ya, hati ini sangat cemburu. Sehari saja ayamnya sakit, dia bakal menyuapi, mencarikan obat, hingga tidur dalam kamar khusus. Setiap pagi memandikan ayam, setiap lekukan tubuh takkan dibiarkan lolos dihinggapi debu.
“Mas, ayam terus dimandiin. Kapan anaknya dimandiin juga?” Aku memonyongkan bibir, mendekapkan tangan ke dada.
“Daripada mas mainin perempuan mending main sama ayam. Mbok ya jangan cemburu.” Tanpa menoleh sedikit, sungguh gak peka sama istri, “Bulan ini kamu jadwal suntik kb, tanggal berapa?” lanjutnya. Beranjak dari posisinya kemudian memasukkan ayam ke kurungan. Dia mendekat dan melingkarkan tangan ke pinggangku. Sungguh gak kuat kalo harus berdekatan seperti ini. Aku diajak duduk ke lincak bawah pohon jambu.
“Kok diem, say.” Sambil mengedipkan mata.
“Ah, iya. Nanti akhir bulan ini. Mas ga usah godain aku, aku ga suka.” Aku pura-pura memalingkan wajah tak suka.
“Maunya digodain siapa? Memet?” Dia menyentilkan daguku. Memet itu nama ayam kesayangannya. Untung saja waktu ngasih nama ga ada syukuran. Iya kali disamain anaknya.