Mocca untuk Senja

Lea Effreta Immanuel
Chapter #6

"Pelukan itu awal dari lembaran baruku"

Keesokan harinya, seperti biasa, Mocca selalu mengawali harinya dengan minum mochaccino hangat favoritnya. Mocca selalu mengawali harinya dengan penuh semangat walaupun itu semua hanya kepalsuan.

 Pagi memang cerah. Dedaunan dipenuhi embun yang membuat udara menjadi segar. Namun pagi itu menjadi kusam karena kabar duka datang tanpa izin. Salah satu ibu dari teman Mocca yaitu Yovan berpulang ke rumah yang sesungguhnya. Betapa berdukanya Mocca dan seluruh teman-temannya. Saat itu juga semua berkumpul dan mengatur waktu untuk melayat ke rumah Yovan. Setelah semuanya sepakat akhirnya seluruh siswa/i kelas 2 melayat pukul tujuh malam.

Suasana duka sangat terasa. Semua orang yang melayat banjir air mata dan kesedihan.

“Yovan yang sabar ya.”

“Makasih Mocca.”

Tak lama kemudian Senja dan kawan-kawan turut hadir di kediaman Yovan.

(ih kok ada dia sih, bikin bete aja.)

Cukup lama dan sudah hampir larut malam di kediaman Yovan akhirnya Mocca, Riri, dan Fika pamit pulang.

“Yovan kita pamit dulu ya, yang tabah ya.” Ucap Riri

“Iya makasih ya, kalian hati-hati ya.”

“Iya bye.” Ucap Mocca

“Moc, gue duluan ya sama Fika.”

“Oke hati-hati deh kalian.”

“Oke.”

“Eh Moc lo naik apa pulangnya?” Tanya Roni

“Ngga tau deh, kayanya nunggu taxi lewat aja deh.”

“Lo yakin? Ngga mau nungguin kita aja?”

“Kalo nungguin kalian ntar gue pulangnya makin malem dong, ngga deh, nyokap pasti udah nungguin gue di rumah.”

“Yaudah deh hati-hati lo.”

“Iya duluan ya Ron.”

Begitulah Mocca yang tidak ingin merepotkan teman dan sahabatnya. Namun malam itu di sepanjang jalan dekat kediaman Yovan memang sangat sepi. Mocca sedikit ragu dan ketakutan untuk menunggu sendiri di pinggir jalan.

“Buset sepi amat nih jalan, semoga aja taxi ada yang lewat sini deh.”

Tiba-tiba ada dua laki-laki yang menghampiri Mocca.

“Bro bro mangsa tuh.”

“Wah sikat bro.”

Mocca sangat panik dan berusaha meminta pertolongan.

“Cewek sendirian aja nih.”

“Siapa kalian?!!!!”

“Ikut abang yuk neng.”

“Jangan deket-deket, gue teriak nih.”

“Teriak aja kalo bisa.”

Mocca berusaha menelfon salah satu temannya yang masih ada di kediaman Yovan dan langsung teriak minta tolong.

Kringgg.. kringggg..

“Halo Moc ada apa?” Tanya Roni

“Tolong tolongggg, Ron tolongin gue.” Teriak Mocca

“Lo kenapa Moc?”

Tut tut tut tanda telepon berakhir.

Lihat selengkapnya