1 hari itu bagaikan 1 detik yang begitu cepat untuk dilalui. Mocca terus gelisah dengan adanya kegiatan camping ini. Ada beberapa kegiatan yang membuat Mocca khawatir dengan dirinya sendiri, entah dia bisa melewatinya atau tidak.
“Gue ngga yakin deh bisa ikut penjelajahan ke tengah hutan. Mana jauh lagi. Mana gue dewan lagi. Arrgghhh.”
Ibu Mocca berusaha menenangkan Mocca yang terlihat gelisah di kamarnya.
“Mocca sayang, kamu kenapa kok belom tidur? Bukannya besok kamu ada camping ya?”
“Mocca takut Mam.”
“Takut kenapa sayang?”
“Mocca takut ngga bisa memenuhi tanggung jawab Mocca sebagai Dewan Mom.”
“Baru kali ini Mama liat anak mama selemah ini, biasanya selalu kuat.”
“Iya sih Mam, tapi kali ini Mocca bener-bener takut Mam.”
“Liat Mama deh, kamu itu adalah anak yang kuat. Mama yakin kamu bisa melewati kegiatan camping ini.”
“Makasih Mam.”
Pelukan hangat itu membuat Mocca menjadi sedikit lebih tenang.
Keesokan harinya, pagi-pagi buta, Mocca harus datang ke sekolah karena seluruh Dewan harus datang sebelum peserta datang.
“Gimana persiapannya udah selesai semua ya?” Tanya Mocca kepada Riri dan Fika
“Udah kok.”
15 menit kemudian seluruh peserta genap berkumpul di lapangan.
“Pengumuman untuk seluruh peserta camping dan Dewan, mohon kerjasamanya ketika sudah sampai di tempat camping karena tempat camping kita jauh dari rumah warga dan perkotaan. Untuk pembagian kendaraan sudah ditempel di kendaraan masing-masing. Baik sebelum kita berangkat mari kita berdoa terlebih dulu supaya selamat sampai tujuan.”
Pembina pramuka memimpin doa sebelum berangkat ke tempat camping.
“Baik adik-adik silahkan kalian bisa langsung meletakkan barang-barang kalian ke kendaraan masing-masing.”
“Baik Pak. Baik Bu.”
“Eh Moc, lo bareng sama Senja tuh.” Kata Riri
“Maksudnya?”
“Lo satu truk sama Senja tuh.”
“Whatttttttt? Serius demi apa lo?”
“Iya coba deh lo liat.”
Mendengar hal itu, Mocca langsung melihat daftar nama pembagian kendaraan.
(Pffttt kenapa gue satu truk sama nih cowo sih.)
“Mocca ayo cepat naik, kita akan berangkat.” Tegur Bapak Pembina
“Iya Pak.”
Dengan terpaksa Mocca harus satu mobil bersama Senja. Mungkin ini adalah kesempatan bagi Senja untuk menjaga Mocca karena Mocca harus berdiri di truk TNI. Mocca memang anak yang selalu memikirkan orang lain sampai Mocca lupa dengan dirinya sendiri. Mocca rela berdiri demi salah satu peserta camping yang tidak dapat tempat duduk.
“Kamu kenapa?” Tanya Mocca kepada salah satu peserta camping
“Aku ngga dapet tempat kak.”
“Yaudah kamu duduk di tempat kakak aja ya..”
“Beneran ngga papa kak?”
“Iya ngga papa pake aja.”
“Makasih ya kak.”
(Jarang banget ada cewek yang segampang itu bisa mengalah demi orang lain. Mocca Mocca bisa banget sih bikin gue klepek-klepek.)
“Sok banget sih.” Kata Alex
“Apaan sih lo lex.”
“Santai santai, nih minum dulu biar ngga tegang.”
Ya, Alex itu adalah salah satu Dewan Ke-Pramukaan. Saat itu Alex berpartner dengan Mocca. Alex memang suka bercanda sampai teman-temannya sulit membedakan Alex bercanda dan Alex serius. Alex sudah lama berteman dengan Mocca. Alex sangat tau semua tentang Mocca, dari kebiasaan jelek Mocca, makanan kesukaan, idolanya, dll. Tapi Mocca tidak tahu bahwa Alex mengaguminya sejak lama. Alex pun selalu memendam perasaannya karena dia tahu bahwa Mocca pasti akan menganggap itu sebuah candaan. Alex hanya menunjukkan perhatiannya kepada Mocca sebagai bentuk kekagumannya pada Mocca.
“Makasih lex.”
“Sama-sama Mocca, kamu duduk di tempat aku aja ya, biar aku yang berdiri.”
“Ngga ngga usa Lex, gue berdiri aja lebih nyaman.”
(Kayanya cowo itu suka deh sama Mocca sampe sebegitunya sama Mocca.)
Tiba-tiba truk TNI tersebut berhenti secara mendadak. Mocca yang asyik berdiri terpental dan hampir jatuh. Untung saja Senja dengan sigap menangkap tubuh Mocca. Tatapan Senja pada Mocca sungguh penuh arti hingga membuat Mocca speechless. Mocca tidak menyangka Senja menatapnya dengan sangat tajam.
(Mocca andai lo tau kalo gue terus mikirin elo.)
(Astaga kenapa Senja sih yang nolongin gue.)
“Sorry sorry.” Kata Senja