Semua berjalan begitu cepat. Senja yang berlumur darah membuat Mocca sangat khawatir. Air mata tak bisa menggantikan posisi Senja yang sekarat. Bu Dewi merasa sangat bersalah kepada Senja karena menyelamatkan dirinya Senja harus sekarat.
“Lihat Mam, lihat! Senja itu ngga seperti yang Mama bayangin. Senja itu baik Mam. Senja itu peduli.” Kata Mocca yang menangis tiada henti
“Mocca maafin Mama sayang, Mama ngga bermaksud untuk..”
“Apa Mam? Ngga bermaksud untuk apa? Demi menyelamatkan Mama Senja rela sekarat kaya gini. Lihat ketulusan Senja Mam.”
(Ya Allah, baru kali ini aku melihat anakku menangis seperti ini. Apa yang harus aku lakukan supaya Mocca maafin aku?)
“Mocca lo yang sabar ya. Gue yakin kok kalo Senja itu kuat ngadepin ini semua.” Kata Riri
“Gue sayang sama Senja Ri. Gue ngga mau kehilangan Senja Ri.”
“Iya gue tau. Kita berdoa aja supaya Senja bisa cepet sadar”
Hati Mocca sangat hancur. Hati Mocca sangat remuk melihat Senja terbaring lemah dengan alat-alat medis yang menempel di tubuh Senja. Mocca tak kuasa menahan air matanya. Walaupun Senja sering membuat Mocca jengkel, namun hal itu tidak mengurangi rasa sayang Mocca pada Senja.
“Dokter gimana keadaan Senja dok?” Tanya Mocca
“Maaf, Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa terkait kondisi nak Senja. Sekarang yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa supaya nak Senja bisa kembali pulih.” Kata Dokter
“Dokter saya mohon lakukan apapun demi kesembuhan Senja dok saya mohon.”
“Kami pasti melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pasien kami, tapi kembali lagi kepada takdir.”
Mendengar dokter berkata demikian, Mocca langsung menemui Senja. Mocca sangat terpukul melihat keadaan Senja yang semakin sekarat. Mocca hanya bisa berdoa dan berharap Senja kembali pulih kembali.
“Senja bangun Senja plisss buka mata kamu Senja. Pliss jangan kaya gini Nja. Kamu kuat kamu bisa.”
“Mocca sayang sudah..” Kata Bu Dewi, Mama Mocca
“Andai aja Mama ngga sebenci itu sama Senja, semuanya ngga akan kaya gini.”
“Maafin Mama sayang..”
“Moc, udah dong jangan kaya gini, walaupun Senja kaya gini tapi gue yakin kalo Senja ngga mau lo nangis terus kaya gini.” Kata Riri
“Kenapa bukan gue yang ada disini Ri? Kenapa harus Senja?!”
“Moc lo ngga boleh ngomong kaya gitu, ini udah jadi takdir Tuhan.” Sahut Fika
Riri, Fika, Alex, dan Sam keluar dari ruangan tersebut dan membiarkan Mocca menemani Senja.