Mochi Messages

Fairamadhana
Chapter #6

Merasa dibohongi

Nizwa menutup buku pelajaran yang sudah selesai dibaca. Memasukkan buku itu ke dalam tas supaya tidak ketinggalan. Selesai belajar, gadis mungil berambut panjang itu segera mengambil buku diary yang ada di laci meja belajarnya.

Menulis tentang apa yang terjadi beberapa hari ini. Tidak lupa menulis hikmahnya juga supaya tidak lupa bersyukur dan terus belajar. Beberapa hari ini, Nizwa tidak menulis di buku diarynya lantaran sudah terlalu capek dengan kegiatannya. Nizwa memang bukan tipe orang yang mengharuskan diri menulis di buku diary setiap hari. 

“Aku harus gimana ya kalau ketemu Aghni? Kenapa Aghni nggak cerita kalau Devan pernah nembak dia? Dan, kenapa juga Devan milih baru cerita sekarang nggak dari dulu? Ngetes aku juga buat apa coba? Nggak jelas banget Devan jadi manusia."

“Tapi, masak Devan bukan tipe Aghni, sih? Aku inget banget, gimana bahagianya Aghni kalau habis main sama Devan. Setelah Devan pindah rumah, mereka juga jadi saling jauh. Apa sebelum Devan pindah rumah ya nembak Aghni-nya?”

“Ah Nizwa, Nizwa, kamu kenapa pas ketemu sama Devan nggak tanya langsung? Sekarang malah jadi penasaran.”

“Tapi, kamu kan lagi haus banget ya. Wajar nggak fokus. Nggak papa, nggak papa. Jaman udah canggih, bisa tanya lewat chat. Eh, tapi, males ah kalau chat Devan duluan. Males juga kalau mau chat Aghni.”

Nizwa menarik napas lalu membuangnya perlahan. Hatinya merasa dibohongi oleh teman baiknya sendiri. Bisa-bisanya Aghni tidak menceritakan bagian penting dari kisah asmaranya dengan Devan.

Untungnya, Nizwa tidak pernah menjauhi Devan. Masih berteman baik meskipun sudah jarang sekali bertemu dan kadang-kadang saja saling mengirim pesan teks.

From: Ilona Lona

[Nizwaaaaaa, aku beneran penasaran banget kamu emang lagi deket sama siapa? Ayo sini cerita sama aku.]

From: Prisaaaa

[Niz, aku bingung. Enaknya besok ultahnya 119 aku ngucapin nggak, ya? Kalau aku ngucapin, kira-kira keliatan agresif nggak, sih?]

From: Aghnican

[Can, nomorku kayaknya diblokir sama Devan deh.]

From: Sal Salmira

[Niz, kenapa aku tiba-tiba merasa capek sama hubunganku dengan Putra, ya? Aku merasa hambar, nggak kayak dulu :(]

From: Kazan

[Niz….]

Nizwa menutup buku diarynya. Menaruh kembali pada tempatnya lalu mengambil ponselnya yang sudah bergetar lebih dari sekali. Dari tadi, dia mengabaikan ponselnya lantaran ingin fokus belajar.

Lagi dan lagi ada nama Kazan di barisan teman-teman Nizwa yang mengirim pesan untuknya. Nizwa saja dari hari di mana Kazan minta didoakan agar berjodoh dengan orang yang dia suka belum membalas pesan Kazan dan baru hari ini Kazan mengirim pesan lagi untuknya.

To: Ilona Lona

[Nggak lagi deket sama siapa-siapa, Na. Aku chattingan juga sama temenku SMP doang. Jangan penasaran banget-banget please, aku berasa dikejar kang tagih utang wkwk.]

To: Prisaaaa

[Demi apa ini Prisa chat aku? Seorang Prisa chat duluan. Apakah Prisa sudah beli paket data? Aku harap beli paketnya yang bukan harian, ya. Seneng akutu di chat suhu matematika wkwk.]

To: Sal Salmira

[Sejak kapan, Sal? Udah pernah usaha apa aja biar nggak merasa capek dan hambar?]

Nizwa heran dengan teman-temannya SMA, di antara mereka, Nizwa dan Prisa yang belum pernah menjalin hubungan dekat dengan lawan jenis, tetapi Nizwa yang menjadi rujukan di saat Salmira, Prisa, dan Ilona galau. Dimintai pendapat atau hanya sekadar menjadi teman cerita.

Meskipun kadang bingung juga harus membalas apa, tetapi Nizwa senang mendengar cerita mereka. Tidak jarang dia belajar dari masalah teman-temannya.

To: Aghnican

[Diblokir? Kenapa kamu bisa nyimpulin kalau nomor kamu diblokir sama Devan, Can?]

Ada niat dalam diri Nizwa untuk menjaga jarak dengan Aghni. Namun, hati kecilnya berbisik supaya tidak melakukannya. Pesan teks dari Aghni juga memberi tahu sepertinya Devan patuh sama permintaan Nizwa supaya menghapus nomor Aghni.

To: Kazan

[Iya?]

Hanya kata iya dan tanda tanya yang mampu Nizwa ketik saat membalas pesan teks dari Kazan. Rasanya belum bisa untuk bersikap seperti biasa.

From: Ilona Lona

[Niz, jadi kamu lagi deket sama temen SMP-mu? Ya ampun, bisa samaan deket sama temen SMP kita :D]

From: Prisaaaa

[Demi kian dan terima kasih. Nyebelin banget kamu, Niz, nggak jawab pertanyaanku malah ngledekin aku. Inginku ku hih rasanya.]

From: Sal Salmira

[Sejak beberapa bulan ini. Hubungan aku sama Putra udah mau dua tahun. Wajar nggak sih, Niz, aku kayak gini? Usaha udah, dari yang aku ajak keluar Putra ke tempat yang pernah kita datengin, tapi tetep sama aja. Makanya, aku beraniin diri chat kamu. Aku nggak berani chat Lona, soalnya dia paling deket sama Putra di antara temen-temen deketku.]

From: Aghnican

[Nggak ada foto profilnya. Aku nggak yakin dia nggak pakai foto profil. Boleh SS.in chat room dia yang ada di hape kamu nggak, Can?]

From: Kazan

[Niz, kamu lagi apa? Kamu habis ketemu sama Devan, ya?]

Nizwa berjalan menuju tempat tidurnya. Duduk bersila lalu mengambil guling sebagai tumpuan. Fast respon sekali teman-temannya membalas pesan darinya.

“Semoga hari ini nggak hujan,” ucapnya pelan sambil tertawa kecil supaya jantungnya tidak terlalu berdebar.

Membaca nama Kazan dan Aghni di layar ponselnya membuat jantung Nizwa berdetak tidak karuan.

To: Prisaaaa

[Soalnya aku yakin banget, kamu nggak akan berani ucapin ulang tahun ke dia walaupun udah aku acc buat ngucapin, Sa. I know you wkwkw.]

To: Ilona Lona

[Bukan gitu maksudku, Lona. Besok deh kalau gitu aku ceritanya. Sebelumnya aku ingetin ya, aku sama dia beneran cuma temen. Jangan berpikir apalagi sampai berharap aku bakal ada hubungan lebih sama dia.]

To: Sal Salmira

[Komunikasiin ini sama Putra udah belum, Sal?]

To: Aghnican

[Nggak mau, Can. Kamu tahu chat room itu privasi ya buat aku. Lagi pula, kalau kamu diblokir emang kenapa? Bukannya kamu sendiri juga lagi menjauhi Devan, ya?]

Lihat selengkapnya