Setelah kejadian tersebut, di mana ia harus kehilangan sang istri yang sangat ia cintai. Kini, Ray berjalan dengan ransel di punggungnya sembari menggendong sosok bayi yang usianya masih tergolong beberapa bulan. Dan malam itu akan menjadi kenangan tersendiri bagi Ray.
Karena berjalan cukup jauh, Ray mulai merasa lapar hingga lelah. Ia berjalan masuk ke sebuah rumah makan dan memesan semangkuk sup. Ia juga tak lupa memberikan susu untuk putrinya. Semua tatapan seketika tertuju padanya. Namun, ia sama sekali tak peduli akan hal itu. Setelah makan, ia Langsung pergi dan mencari tempat tinggal.
Hari-hari Ray dimulai dengan merawat sang putri seorang diri. Ray bahkan membawa putrinya kemanapun ia akan pergi. Bahkan, saat ia mendapat pekerjaan menjadi kasir di sebuah toserba.
"Selamat datang, dan selamat berbelanja." ucap Ray. Tak lupa pula ia terus memantau putri yang sedang berbaring tak jauh darinya.
"Wah, siapa bayi kecil itu?" tanya seorang pelanggan yang tak sengaja melihat bayi kecil yang sedang terbaring tak jauh dari Ray.
"Ah, dia putriku."
Ekspresi para pelanggan tersebut membuat Ray tertawa. Cukup terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh Ray.
"Kau sudah menikah?"
"Yah, dan dia putriku." jawab Ray sembari mengukir senyum.
"Oh, aku tak percaya ini."
"Pupus sudah harapan ku."
Ray hanya tersenyum mendengar perkataan para pelanggan itu. Setiap hari selalu sama seperti itu. Hingga suatu hari, Ray gelisah dan panik. Putri yang selama ini ia rawat kini tak sadarkan diri. Ia berlari ke rumah sakit sembari menggendong sang putri. Ia tak peduli dengan apa pun yang ia dengar. Baginya, putri yang selalu menemani harinya adalah hal yang paling penting.
Bahkan melihat sang putri menangis, ia juga merasa terluka. Ia tak akan bisa melihat hal kecil dapat melukai putri kesayangannya itu.
××××××××××
[Beberapa tahun kemudian]
Disituasi yang sama, Ray baru saja selesai mengurus administrasi. Setelah itu, ia segera menemui sang putri yang masih terbaring dengan wajah pucat.
"Ayah aku!"