Pagi itu, terlihat Ray sedang memotong-motong sayuran dengan lincah, layaknya seorang koki. Seperti biasanya, ia memasak sarapan pagi untuk sang putri tercinta. Setelah memasak, ia memotong beberap buah dan menatanya di atas meja dengan sangat rapi.
"Selesai, waktunya membangunkan kucing nakal ku."
Ray lalu berjalan menuju ke kamar Sinb. Ia tersenyum menatap putrinya yang masih tertidur lelap. Ia kemudian berjalan menuju ke alarm di samping sinb. lalu mengatur jarum jam lalu menaruhnya di dekat Sinb. Tak berselang lama, Alarm itu berbunyi. Namun, dengan santainya Sinb terbangun dan mematikan alarm itu hingga membuat Ray terheran.
"Oh, tak mempan! Baiklah!"
Ray lalu menarik selimut Sinb dengan satu kali tarikan. Namun, Sinb kembali menarik selimut itu dengan santainya. Mereka pun melakukan hal itu berulang-ulang.
"Hah, tak mempan juga."
Tak putus asa, Ray keluar mengambil speaker dan membunyikan sebuah musik. Ia kemudian memainkan musik yang sudah pasti akan membuat Sinb terbangun.
"Oh, kill this love, blackpink!"
Ray pun membunyikan speaker tersebut. Namun, alih-alih sinb terbangun. Malah ia yang terkejut dan tersungkur kebelakang.
" Hah, apa ini! Baiklah, ini cara yang terakhir."
Ray menuju ke dapur dan mengambil sebongka es, lalu kembali ke kamar sinb. Ia terlihat berdiri sambil tersenyum.
"Baiklah, kita akan lihat seberapa kebalnya anak ini."
Ray mulai menyanyi dengan suara yang terdengar sangat buruk. Ditambah lagi, ia menggunakan suara seriosa. Kemudian perlahan naik ke atas kasur sinb dan bernyanyi sangat kencang layaknya melakukan ritual. Setelah itu, ia tersenyum dan menumpahkan air es itu tepat diwajah sinb sambil bernyanyi.
"Aaaaaa!! dingin! dingin!"
Sinb sontak melompat dari kasur dan menuju kamar mandi dengan tubuh bergetar.
.........................
[Meja makan]
Ray terlihat menahan tawa melihat wajah Sinb. Bertolak belakang dengan Ray, Sinb sudah terlihat sangat kesal dan memperlihatkan wajah cemberut ke arah Ray.
"A...a..ayah! Seng-aj-aja, kan!"
"Hahaha, apakah aku harus mengganti namamu menjadi Sinb gagap!"
"Ayah-terlihat-sa-ngat-pu-as."
"Minumlah air hangat itu, tubuhmu akan segera hangat kembali."
"Hmm, ayah masih bekerja di tempat makan itu?"
"Tidak, ayah sudah pindah. Sekarang ayah bekerja di tempat makan tak jauh dari sekolah mu."
"Ayah sengaja pindah kan!"
"Tidak, kenapa ayah sengaja pindah?"
Sinb menatap ayahnya dengan serius, mencoba melihat kebohongan yang sedang Ray sembunyikan.
"Kenapa menatap ayah seperti itu!"
"Ai, firasatku mengatakan Ayah sedang mengincar siswi disekolahku."
Seketika Ray menyeburkan air dalam mulutnya karena terkejut.
"Hah!! kenapa harus yang muda? Ayah lebih tertarik pada yang lebih tua."
"Janda atau perawan!"
"Hmm, kau ini. Berhenti bertanya seperti itu."
"Aku harap, aku tidak akan pernah memiliki seorang ibu." Ekpresi Ray seketika berubah, entah kenapa ia merasa aneh dan sedih mendengar perkataan Sinb. "Kenapa?"
"Aku hanya ingin punya satu ibu. Lagi pula, sekarang aku sudah dewasa. Aku tak butuh lagi sosok ibu, aku sudah terbiasa dengan itu."
Ray menatap putrinya dengan tatapan sedih. Sinb yang terlihat memakan makan didepannya dengan sangat lahap, membuat ia sedikit tenang. Tapi, jauh dari lubuk hatinya. Ia sangat merasa bersalah.
"Ayah, aku sudah selesai. Aku berangkat!"
"Okey." Seperti biasanya, sebelum pergi. Sinb dan ayahnya selalu melakukan gerakan khusus seperti tos yang hanya mereka berdua yang sering melakukan hal tersebut.
Ray hanya bisa tersenyum melihat putrinya yang mulai menjauh dari pandangannya. Memperhatikan Sinb yang terlihat ceria, membuat ia merasa lebih tenang.
"Woi mbih, lama bangat sih!" teriak salah satu teman sinb.
Didepan rumah Sinb, sudah terlihat segerombolan anak Geng motor yang sedang menunggu sinb di luar.
"Maaf, aku ketiduran."
"Bukan ketiduran, anda memang bangunnya lambat."
"Hehehhe"
Sinb dan teman-temannya pun berangkat ke sekolah. Dari dalam rumah, terlihat Ray berlari keluar.
"Hah, apa ini! Dasar anak-anak nakal. Ah, apa yang akan terjadi pada putriku. Putriku anak yang pintar, jika dia bergaul dengan mereka! Otaknya akan jarang di asah, dan dia akan menjadi anak bodoh seperti mereka. Oh, tidak! tidak! Tuhan selamatkan putriku."
Tiba-tiba, Handphone Ray berdering.
"Baik pak..."
.................
Seperti biasanya, anak-anak geng motor itu terkenal dengan image badas dan tingkat kenakalannya. Dan benar saja, bukannya langsung ke sekolah. Mereka malah menuju ke area balapan.
"Lambat!!"teriak salah satu siswa dengan seragam yang berbeda.
"Wooh, diam. Lagian kalian pasti bakalan kalah kok."teriak Sinb.
"Hahah, eh mbih. Motor kita ni baru, kalian semua pasti bakalan kalah."
"Ehla, sombong bangat ni anak. Noh, jurang sebelah sana nungguin tu." teriak Tara