Sesampainya Ray di tempat kerja, Ray dikejutkan dengan beberapa orang yang sedang berkumpul. Namun segera ia menghembuskan nafas dengan kasar saat tau alasan mereka berkumpul.
"Itu dia, bukan kah dia sangat tampan!"
"Yah, dia seperti seorang artis."
"Viralkan yo, supaya dia jadi artis."
Ray masuk kedalam kantor tanpa peduli dengan mereka semua yang sedang membicarakan dirinya.
"Wah kau lihat itu!"
"Hmm, apa yang mereka lakukan!"
"Kau ini, mereka adalah penggemarmu."
"Penggemar! Apa aku tampak seperti artis!"
"Sangat, kau tampak seperti aktor ternama."
"Wah!! Lee min ho! Shahru khan!"
"Perpaduan keduanya sih." Ray lalu tersenyum dan begitu percaya diri. Setelah mendengar pujian dari teman sekantornya.
"Tidak juga."ucap seseorang yang baru saja tiba di kantor tersebut.
"Ih, iri bilang bos!"ucap salah satu teman Ray yang lain. Melihat itu Ray semakin tersenyum.
"Kau! Dan aku! Mulai hari ini, ketampanan kita bersaing."
"Ohhah, dia bilang apa! Dia menantang teman kita!"
"Jangan khawatir, jauh dalam lubuk hati kami. Kau tetaplah yang tertampan."
"Terima kasih teman-teman, aku benar-benar terharu."ucap Ray dengan nada merendah.
"Lakukan banyak perawatan, agar jerawat pun tak sanggup menginjakan kakinya di wajahmu itu."
"Aku pasti akan melakukannya. Akan aku lakukan yang terbaik."
Tak berselang lama, terdengar deringan Handphone yang ternyata berasal dari telepon dikantor tersebut.
"Halo! Ah baiklah!"
"Ada apa!"
"Semangat! Wajah tampanmu itu membawa berkah bagi kami."
"Apa!"
"Berkat wajahmu itu, para pemesan lebih memilih agar kau yang mengantarnya."
"Kalian, kalian keterlaluan!" ucap Ray
"Oh, jangan marah. Kami harus apa! Kami benar-benar tak berdaya. Kostumer adalah raja dan ratu."
"Dan aku budaknya begitu! Hah, karir ketampanan ku benar-benar jatuh sekarang."decak kesal Ray.
"Bukan seperti itu."
"Hmm, aku pergi!"decak kesal Ray yang langsung berlalu pergi.
"Oh... Ray..." Ray pergi dengan menghentak hentakkan kakinya ke lantai. Terlihat lucu seperti anak kecil yang sedang kesal.
"Dia akan mendapat musibah di jalan."
Ray memakai helmnya dan menatap motor baru yang ia dapat karena motornya rusak.
"Berangkat..."
Ray pun pergi untuk mengantar pesanan makanan itu. Di jalan, ia terus mengatakan hal-hal yang membuatnya kesal.
"Dia mengatakan aku tampan, lalu ia mengatakan aku budak. Dia menjatuhkan ku dari langit ke tanah."
Karena terus mengatakan hal itu, ia hampir menabrak seorang wanita yang akan menyebrang didepannya.
"Astt... Dua kali! Hah kenapa kau menjatuhkan ku."kesal Ray
Wanita tadi juga terjatuh ke jalan. Ia pun menatap Ray yang tergeletak dengan motornya. Lalu segera memasang kaca mata hitamnya.
"Wanita itu, apa dia buta! Dasar..."
Ray segera mendekati wanita tersebut, tentu untuk melampiaskan kekesalannya yang sudah tak terbendung lagi.
"Hey... Apa kau buta? Apa kau..."
Melihat wanita itu terlihat berdiri dengan meminta bantuannya membuat hati Ray seketika luluh.
"Yah, aku buta. Aku... Maaf, tadi anak anak nakal itu mengambil tongkat ku. Jadi!"
"Tapi, jika matamu buta, kau punya telinga kan! Apa kau juga tuli!"
"Hah, dia benar-benar tak punya hati. Beraninya dia mengatakan itu di depan wanita buta!"ucap wanita itu dalam hati.
"Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf!"
Ray lalu membuka helm dan maskernya. Dan membuat wanita itu terdiam sejenak.
"Astaga, dia sangat tampan. Astaga, aku membuat kesalahan dengan pura pura buta. Kenapa aku tidak pura-pura tuli saja!"
"Tidak masalah, mari aku bantu menyeberang jalan."
Wanita itu memegang tangan Ray dengan sangat erat.
"Ah, kesempatan tak akan datang 100 kali!"