Mockingbird

Madina_hld
Chapter #8

Part 7

Di toserba, Ray mulai merasa mengantuk karena cukup kelelahan. Namun, seketika semuanya berubah setelah ia melihat seseorang.

"Aku harus makan apa ya! Aku benar-benar lapar. Tapi..."wanita itu tampak melihat-lihat makanan cepat saji di toserba itu dengan sangat serius.

"Oh astaga, kalorinya cukup tinggi. Tapi, makan satu tak akan cukup!"wanita itu tampak menghitung jumlah kalori makanan yang akan ia beli.

"Hah!! terlalu tinggi. Aku bisa saja gemuk. Tidak, toserba ini sepertinya menyiapkan tempat makan. Aku makan disini saja. Nenek lampir pasti akan marah jika aku makan tengah malam dirumah."

Gadis itu lalu menyiram satu pop mie. Melihat itu, Ray keluar dan membeli sesuatu.

"Makanlah dengan ini, ini sangat enak."ucap Ray

"Wah, terima kasih."

"Semoga gagal diet, berat badanmu bertambah 10 kg, besok pagi wajahmu akan membengkak."decak kesal Ray dalam hatinya.

Wanita itu memakan semua makanan itu hingga habis. Melihat itu, Ray terlihat sangat senang dan tersenyum puas.

Saat ia hendak membayar, wanita itu seketika terkejut melihat siapa kasir didepannya.

"Oh, kau! Bukannya kau pengantar makanan kan!"

"Bukan, kau mungkin salah liat Nona!"ucap Ray

"Ah, mungkin saja."

"Kau makan cukup banyak, ini juga sudah tengah malam loh!"

"I-iya ya, tapi tidak masalah. Masih ada hari esok. Aku bisa membakar kalori ku sebelum tidur dan berolahraga besok pagi. Semuanya akan terbakar, dan aku akan diet kembali."

"Ah begitu, semoga berhasil."ucap Ray

"Okey, sampai jumpa dan selamat malam."wanita itu berlalu keluar. Sementara Ray masih sedikit kesal dengannya.

"Semoga kita bertemu kembali dalam keadaan kau sudah membengkak."decak kesal Ray

Wanita itu berbalik sesekali dan serius menatap Ray didalam.

"Aku yakin dia berbohong. Wajahnya sangat mirip. Wajah tampannya itulah yang tak bisa aku lupakan. Aku yakin dia. Ah, dia memberiku makanan malam ini, dia sangat perhatian padaku. So sweet!! Aku rela gemuk karena makanan, asal ia yang berikan."

×××××××××××


Matahari bersinar cukup terang, Sinb seketika terbangun karena cahaya matahari yang menembus celah kecil dinding kamarnya. Kemudian bersiap-siap seperti biasanya. Setelah ia bersiap, Sinb langsung turun dan menyapa ayahnya. Tanpa basa-basi Sinb memeluk ayahnya dari belakang.

"Good morning daddyyyy!"

"Morning Mbih..."

"Wah, ayah masak banyak hari ini. Padahal aku sedang berencana diet."

"Diet!! Kau diet untuk siapa!"

"Untuk diriku sendiri lah."

"Ah, bagus lah. Ayah pikir karena ada laki-laki lain yang sedang kau incar."

"Ada! Dia sangat tampan ayah. Saaaaangat tampan."

"Hmm, tak perlu diet karena dia. Ayah tak pernah memintamu diet kan! Carilah laki-laki yang lebih baik dari ayah. Jika hanya tertarik karena wajah, ayah punya banyak teman yang sangat tampan. Tapi hatinya, lebih buruk dari ayah. Kau ini cari calon atau cari pajangan!"

"Ayah memang yang terbaik, aku pikir tak akan ada laki-laki yang bisa lebih baik dari ayah."

"Pasti ada! Kelak saat kau menemukannya. Jadi, tak perlu lakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan orang lain. Cukup buat sesuatu yang tak membuat ayah khawatir. Karena ayah masih jadi bank mandiri untukmu."

"Siap! Aku tidak akan pernah meninggalkan bank uangku. Ayah tak perlu cemas. "

"Tentu saja! Kau pulang larut semalam. Bagaimana! kau sudah baikkan sekarang!"

"Ayah tau dari mana!"

"Hah, ayah sudah bilang. Ayah akan selalu memantau mu, hanya saja dari jarak yang jauh. Ayah punya mata dua! "

"Memang mata ayah dua kan! Hmm, maaf! aku tidak..."

"Sudahlah, duduk dan makan semua ini."

"Baiklah, ayahku sayang."

Sinb menyantap dengan lahap semua makanan itu. Melihat itu, Ray tersenyum menatap putrinya yang masih tampak seperti anak kecil baginya.

Tak berselang lama, terdengar suara gemuru motor dari luar.

"Tunggu, habiskan dulu makananmu."

"Ba-baik."

Ray lalu keluar, dan saat Ray keluar Max, Doni, Alex dan Tito seketika memakai helm mereka saat melihat wajah seram yang ditunjukkan oleh Ray.

"Singa jantan keluar."bisik Alex

"Diam!!"balas Max

"Pagi om!"teriak Tara

Ray mendekati Max dan teman-temannya dengan tatapan mengintimidasi. Membuat Max dan yang lain merasa tak nyaman.

"Bagus juga motor kamu! Mau balapan lagi ya!"ucap Ray

"Nggak om, kita mau kesekolah kok."jawab Doni

"Hmm, yakin! Mau taruhan ni motor kalian!"balas Ray

"Janganlah om, anak muda om. Biasalah balapan ke gini."jawab Max

"Biasa! Biasa dari mananya! awas saja kalau nilai kalian turun karena balapan."

"I-Iya om, aman!!"balas Tito

"Om, Sinb nya mana!"tanya Dinda

"Pagi guys!!"teriak Sinb

Sinb tak menyadari jika teman-temannya tampak sedikit tertekan dengan adanya Ray didepan mereka.

"Sehat kan!"teriak Alex

"Ohh, jangan salah. Aku selalu minum susu sapi. Jadi, tulang aku pasti akan lebih kuat dan gak mudah keropos."jawab Sinb

"Sejak kapan kau suka minum susu!"ucap Ray

Membuat Tara dan teman-temannya menahan Tawa.

"Sejak tadi malam!"ucap Sinb

"Yaudah kita pamit ya om!"ucap Max

"Okey, hati-hati."

Ray menatap Sinb yang telah berangkat ke sekolah sembari mengelus dadanya.

"Kenapa aku merasa ada hal yang akan terjadi! Semoga ayah selalu ada saat kau dalam kesulitan. Kenapa aku secemas ini, dia pasti akan baik-baik saja kan!"

Lihat selengkapnya