Modus

Bentang Pustaka
Chapter #2

Modus #2: Hari-Hari yang Sial

Cari tahu segala hal yang disukai

dan nggak disukai oleh gebetan lo.

Joya Pradipta naksir berat sama Gailan Airlangga.

Joya kali pertama bertemu Gailan pada hari terakhir masa orientasi. Saat itu, klub-klub sekolah mendirikan stan yang bertujuan mempromosikan klub mereka, mengajak para siswa baru untuk bergabung. Joya langsung menuju stan klub taekwondo. Sejak awal, Joya memang ingin bergabung dengan klub itu.

Di sanalah Joya melihat Gailan, terlihat keren dalam balutan dobok1. Gailan sedang memeragakan beberapa jurus. Joya terkagum-kagum dengan dwi chagi2 Gailan yang sempurna.

Setelah bergabung, barulah Joya tahu bahwa Gailan ketua klub taekwondo. Dengan wajah tampan, murah senyum, dan ramah, tidak mengherankan jika ia dikelilingi banyak orang—terutama cewek-cewek. Gailan adalah matahari klub taekwondo SMA Harapan.

Rasa suka harus diperjuangkan. Itulah prinsip hidup yang diyakini Joya. Cewek itu mulai melakukan pendekatan pada Gailan. Namun, yang memiliki prinsip tersebut bukan Joya seorang. Gailan adalah daging segar yang terlalu banyak menarik perhatian lalat-lalat. Dengan persaingan yang begitu banyak, tentu saja peluang Joya untuk bisa meraih Gailan seperti melihat gajah terbang, sangat mustahil.

Akan tetapi, siapa sangka takdir berkata lain. Joya tidak pernah menyangka bahwa hukuman yang ia terima untuk membersihkan buku-buku di perpustakaan sekolah membuka jalan untuk meraih hati Gailan. Itu semua berkat diary yang ia temukan di salah satu meja baca di perpustakaan. Mulanya, Joya pikir diary tersebut milik salah satu cewek kutu buku berpenampilan cupu yang ketinggalan. Ternyata, perkiraannya salah besar. Diary bersampul biru dengan gambar Teddy Bear itu adalah milik Ghazi Airlangga, adiknya Gailan.

Joya tahu, menggunakan diary yang penuh rahasia sebagai senjata untuk meraih hati Gailan adalah salah. Tapi, demi cinta, segala cara sah untuk dilakukan, kan?

***

Bego-bego-bego!

Ghazi menjedot-jedotkan kepalanya ke dinding toilet sekolah. Seharusnya ia belajar dari pengalaman. Cewek bernama Joya Pradipta itu malapetaka dalam hidupnya, sama sekali tidak bisa dipercaya. Namun, pagi ini Ghazi seperti keledai dungu yang terjebak ke dalam lubang yang sama untuk kali kedua.

Semua kesialan ini terjadi karena ulah cewek resek itu. Sejak menobatkan Ghazi sebagai makcomblang secara sepihak, Joya selalu meneror Ghazi dengan pesan WhatsApp. Ghazi tidak heran cewek itu tahu kontak WhatsApp-nya, mengingat di diary tersebut Ghazi menuliskan biodata diri superlengkap. Yang membuat Ghazi kesal setengah mati, pesan yang dikirim tiap lima menit itu berisikan hal yang sama: Gailan ngapain sekarang? Chat yang masuk bertubi-tubi itu membuat Ghazi tidak bisa tidur, hingga akhirnya bangun kesiangan.

Ternyata kesialan Ghazi tidak hanya sampai di situ. Ghazi terpaksa naik ojek online ke sekolah karena Gailan sudah berangkat duluan. Biasanya Ghazi dan Gailan berangkat bersama dengan mobil yang dikemudikan oleh Gailan. Sesampainya di sekolah gerbang sudah ditutup.

Saat itulah ia bertemu Joya. Cewek itu juga datang terlambat. Joya yang bersembunyi di balik pohon akasia yang tumbuh tidak jauh dari gerbang sekolah melambai-lambaikan tangan pada Ghazi. Awalnya, Ghazi mengabaikan panggilan itu. Tapi, makin lama, cewek itu makin heboh. Tak ingin menarik perhatian banyak orang, Ghazi mengembuskan napas panjang, lalu mendekati Joya.

“Halo, Adik Ipar!” sapa Joya ramah. “Telat juga?” tanyanya kemudian.

Ghazi mendengkus mendengar pertanyaan itu. “Gue nggak telat!” jawabnya sebal.

“Lo bolos? Astaga, Adik Ipar. Gue nggak nyangka lo nakal juga.” Joya mendekap tangannya di dada, menatap Ghazi dengan tatapan kecewa.

“Lo yang bodoh. Udah jelas gue telat masih aja ditanya,” semprot Ghazi keki. Tentu saja ia tidak terima disebut nakal. Selama ini Ghazi adalah anak yang patuh pada peraturan. Pagi ini kali pertamanya Ghazi datang terlambat. Dan, itu disebabkan oleh Joya.

Lihat selengkapnya