Molly & Girl Called S

Arinaa
Chapter #2

II

Alle menunggu di kursi tunggu depan ruangan dimana ibunya sedang berjuang melahirkan adik calon adiknya. Alle bersama teman kantor ayahnya disana. Karena di Brussel mereka hanya tinggal bertiga tanpa ada sanak saudara yang lain, ayah Alle meminta tolong pada temannya untuk mejaga Alle sementara.

Sekitar 6 jam Rosie menjalani prosesi kelahiran anaknya, tepat pukul 01.00 dini hari, putri keduanya lahir kemuka bumi. McCarthy juga merasa lega karena anak keduanya telah lahir dengan sehat dan selamat. Sementara Alle sudah tertidur dipangkuan teman ayahnya karena matanya tak kuat menahan untuk menunggu sang adik lahir.

 

Paginya, Alle bersama teman ayahnya akhirnya diperbolehkan masuk kedalam ruangan inap ibunya setelah semua proses sudah selesai dan dibersihkan. Rosie menatap anak pertamanya itu dengan penuh sayang.

“Kemarilah Alle.” Ucap Rosie dengan lemah.

Alle berjalan menghampiri ibunya dan dengan bantuan ayahnya, ia di dudukkan di tepi ranjang.

“Adikmu sudah lahir. Berjanjilah pada Mommy untuk menjadi kakak yang benar untuknya ya.” Ucap Rosie.

“Kenapa harus yang benar sayang? Bukankah harusnya menjadi kakak yang baik?”tanya suaminya tak mengerti.

“Baik belum tentu benar. Jika kau mnegajarkan yang benar pada adikmu sudah tentu itu hal yang baik. Walaupun dengan cara yang berbeda menyampaikannya.”balas Rosie sambil menatap Alle.

Alle yang saat itu baru berumur 5 tahun hanya mengangguk seperti memahami maksud perkataan ibunya. Sebenarnya yang ingin Alle lihat sekarang adalah sang adik.

 

“Mommy, siapa nama adikku nanti?” tanya Alle.

“Lizzie McCarhty. Daddy memberikan nama yang cantik untuk kedua putri Daddy.” Justru Ayahnya yang menjawab.

“Aku ingin melihatnya.” Ucap Alle lagi.

“Dia sedang di ruangan yang berbeda. Besok baru bisa dibawa kesini. Kau tunggulah sebentar lagi ya.” Jawab Ibunya.

Alle mengangguk dan memilih untuk menemani ibunya disana. Walaupun lebih tepatnya ia yang ditemani karena dirinya hanya bisa bermain saja.

 

“Daddy..” panggil Alle.

“Iya Alle ada apa?” tanya ayahnya.

Lihat selengkapnya