Mom for Twins

Dya
Chapter #1

01. Davhina

🍃Semangat Membaca🍃

***

Abyan Ghani terlihat takjub sekaligus haru menatap monitor di ruang obgyn, yang tengah menunjukkan dua janin mungil yang meringkuk lucu.

Abyan sengaja meluangkan waktu untuk menemani istrinya, Davhina Rahma, untuk memeriksakan kandungan yang telah memasuki usia 30 minggu, meski pekerjaan sedang sangat padat. 

Bagi Abyan, Davhina adalah yang paling penting dalam hidupnya dan pekerjaan berada di nomor sekian. Uang bisa dicari, tapi untuk kebahagiaan istri adalah mutlak. Apalagi mereka tengah menantikan dua calon buah hati sekaligus setelah penantian selama lima tahun. 

"Keduanya sehat, cairan omnion pada kedua kantong janin masih bagus dan cukup." Dokter spesial obgyn menjelaskan melalui pemeriksaan USG. "Keduanya bisa lahir sesuai HPL kira-kira enam atau tujuh minggu lagi."

Dokter kembali menggerakkan USG di permukaan perut Davhina, memberikan rangsangan secara tidak langsung agar janin menunjukkan pergerakan. 

Tak lama kemudian, kedua janin itu pun bergerak dan terlihat di layar monitor juga hingga membentuk tonjolan-tonjolan kecil yang di permukaan perut Davhina. 

Dokter tersenyum saat Davhina terlihat takjub pada kedua calon anaknya. Meski bukan kali pertama Davhina merasakan sensani geli dari dalam perut itu. 

"Baiklah, pastikan istrimu meminum vitaminnya tepat waktu. Mendekati waktu melahirkan sebaiknya kurangi aktifitas berlebih. Apalagi istrimu hamil anak kembar."

"Siap, Mas," sahut Abyan yang merupakan adik dari dokter tersebut.

"Bisa lahiran secara normal kan, dokter Hilman?"

Hilman tersenyum lalu mengangguk.

Seorang perawat membantu Davhina bangun dan membersihkan cairan bening yang tersisa di perutnya.

Hilman, dokter spesialis obgyn tersebut lantas menggiring Abyan sedikit menjauh dari Davhina. "Yan, gue mau ngomong serius."

"Kondisi Vhina, Mas?" tebakan Abyan tentu tidak meleset.

"Lo tahu Vhina sering drop akhir-akhir ini? Pernah mengalami keguguran dua kali dan sekarang bisa hamil kembar…," Hilman menggeleng pelan. "Itu nggak baik buat kondisinya. Gue baru dapat kabar dari hasil pemeriksaan terakhir, kondisi jantungnya semakin lemah." 

Abyan menatap kosong lantai yang dipijak. Ia tahu sejak awal istrinya memiliki kelainan jantung.

"Gue nggak yakin Vhina bisa lahiran normal."

"Tadi lo sendiri yang mengiyakan Vhina bisa lahiran normal? Kok sekarang sama gue lo ngomongnya beda?" protes Abyan.

"Jika kesehatan Vhina nggak ada masalah dengan kondisi janin yang juga normal, memang bisa lahiran normal. Tapi jangan lupakan fakta tentang kondisi Vhina." Hilman menjeda penjelasannya. "Gue nggak bisa langsung jawab enggak. Mental Vhina terlalu labil. Nanti gue akan tetep harus ngasih opsi ke Vhina dengan berbagai kemungkinan."

Abyan berdecak pelan.

"Gue tau lo lagi ngatain gue dokter nggak becus. Lo bisa ke dokter kandungan lain kalau lo emang nggak percaya sama gue."

"Mas, lagi ngobrolin apa? Serius banget." Tiba-tiba Vhina menyusul kakak beradik itu.

Ekspresi wajah Abyan yang semula kesal, langsung tersenyum lembut menyambut sang istri.

"Biasalah Vhin. Abyan sedikit khawatir pas kamu lahiran nanti." Hilman menyahut sekenanya agar adik iparnya itu tidak curiga dengan yang dia bicarakan dengan Abyan hingga ibu hamil tersebut tidak boleh mendengar.

"Emang sekhawatir apa sih, Mas?" tanya Vhina mendongakkan kepalanya menatap wajah Abyan. 

"Ya gitu, lahiran pasti sakit kan? Aku-"

"Asal Mas selalu nemenin aku selama proses melahirkan, aku akan tenang kok Mas."

Abyan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Pasti aku selalu temenin kamu. Aku nggak mungkin ngelewatin gitu aja proses melahirkan yang menurutku luar biasa. Apalagi calon anak kita kembar."

Hilman turut tersenyum melihat Abyan dan Vhina tampak antusias menunggu kelahiran buah hati mereka. "Vhin, jangan lupa vitaminnya diminum. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya."

Lihat selengkapnya