Disinilah Arka, berdiri di depan rumah ber-adat Tradisional dengan kesejukan yang terasa. Arka menyamakan Alamat rumah yang terpampang di sebelah pagar kayu pendek dengan alamat yang berada di KTP.
Setelah ia bertanya pada tetangga sekitar akhirnya Arka benar-benar yakin bahwa rumah itu adalah rumah dengan alamat yang ditujunya. Dan beruntungnya Arka saat ibu-ibu yang ia tanyakan tak menaruh curiga padanya karna memakai masker dan kacamata hitam.
Dengan perlahan Arka melangkahkan kakinya menuju rumah di hadapan nya.
Tok
Tok
Tok
Suara sautan terdengar dari dalam rumah, tak lama kemudian pintu itupun terbuka dengan lebar. Arka berdiri gugup saat melihat wajah seorang wanita paruh baya didepannya.
"Eh.. Maaf siapa ya? " Tanyanya pada Arka dengan ragu.
Spontan saja Arka yang mengetahui kecurigaan wanita dihadapannya melepaskan masker dan kacamatanya. Seketika itu juga wanita didepannya berteriak heboh.
"Ya Allah Ya Rabb, Kamu Arka kan! "
Arka mengangguk dan tersenyum kaku. "Ehm silahkan masuk dulu".
Setelah memasuki rumah beradat tradisional Arka duduk di kursi kayu dengan arsitektur yang indah. Arka mengedarkan penglihatannya ke seluruh penjuru rumah, jika diperhatikan rumah ini sangat luas. Suara dentingan cangkir memecahkan lamunannya, ia dapat melihat wanita yang sama dihadapannya.
"Enhm... Nak Arka ada tujuan apa kesini? Atau cuma mau tanya aja mungkin cari alamat"
Arka menggeleng. "Bukan bu saya mencari rumah Shala Cantika Dulaikhan. Apa benar ini rumahnya? "
"Oh iya betul, itu anak saya"
Arka semakin canggung saat mengetahui wanita dihadapannya ini ibu dari mantannya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ini bu Koper Shala dan koper saya tertukar dan kebetulan anak ibu menginggalkan ktp didalam koper"
"Ya Allah anak itu... Sebentar ya ibu panggilakan Shala dulu"
"Iya bu"
Lily berjalan jauh meninggalkan Arka, dengan terburu-buru menuju kamar Shala yang terletak di atas bersama kamar lainnya. Namun tak lama kemudian Arka melihat Seorang Gadis yang baru beberapa jam lalu bertemu dengannya dengan pakaian yang berbeda sambil menyeret kopernya.
Tapi, lihatlah matanya sembab, wajahnya memberenggut kesal. Arka jadi terkekeh melihatnya. Ya Ampun, kalau saja Arka bisa mencubit pipi Shala yang seperti Bakpao. Alangkah senangnya dia.
Shala menduduki kursi kayu dengan cepat.
"Ketuker kan? Feeling saya itu benar" Ujar Shala dengan bibir yang mengerucut.
"Iya... Kamu benar saya yang salah" aku Arka yang mengakui kesalahannya. "Nih kopernya, isinya gak ada yang diambilkan? " Gusur Shala mendekati Koper milik laki - laki dihadapannya.
Arka menggeleng sembari terus menatap Shala yang berbicara sendiri. Arka hanya diam melihat semua gerakan Shala, dari yang menukar koper hingga mengecek isi kopernya.
"Iya gak ada yang diambil" gumam Shala.