Money Baby

Naomi Saddhadhika
Chapter #2

Bukan Karyawati Lagi, Lalu Apa?

Work From Home terdengar menyenangkan bagi Bebi. Bagaimana tidak, dia bisa bangun lebih siang; tidak perlu pakai sepatu bahkan mungkin celana; bisa kerja di ranjang; stok makanan berlimpah, serasa surga. Bebi tidak mengerti kenapa beberapa temannya ada yang tidak suka. Apakah mereka sesuka itu berdandan dan macet-macetan di jalan?

Semua karyawan diharuskan WFH karena peraturan pemerintah. Setiap hari Bebi bangun mepet dengan jam harus check in, tanpa dandan sama sekali. Kerjaan dia masih sama seperti di saat kantor, mendesain dan mengkonsepkan seluruh kebutuhan sosial media. Tentunya sebagai senior, dialah yang seharusnya mengatur dan membagi tugas pada junior-juniornya. Tapi Bebi menggunakan teknik demokrasi. Dia selalu terlebih dahulu meminta masukan junior-juniornya untuk pembagian tugas, bilangnya sih agar semua orang bisa mengerjakan tugas yang memang mereka mau, padahal karena Bebi tidak bisa mengambil keputusan sendiri.

Setelah berjalan selama seminggu, Bebi mulai merasakan kesulitan WFH. Pasalnya, beberapa temannya sulit dihubungi atau responnya lama sekali. Selain itu juga karena ukuran file pekerjaan mereka yang besar dan sulit dikirim karena internet di rumahnya sangat pelan. Kalau sudah pusing dan frustasi, biasanya Bebi ke kamar keponakannya.

Keluarga Bebi yang tinggal satu rumah ada 7 orang, yang terdiri dari orang tua Bebi, Bebi, kakak Bebi yang bernama Bella, suami kakaknya yang bernama Sadam, dan dua keponakannya yang masih kecil-kecil. Keponakan Bebi yang pertama namanya Merida berusia 5 tahun, dan satu lagi Raka yang baru saja genap umur 1. Bebi sangat senang main sama mereka, mereka pun sama. Bebi adalah tante favorit mereka, yah tantenya hanya Bebi seorang sih, tapi tetap favorit. Bebi sering mengajak main. Ya, ajak main, bukan menjaga layaknya orang dewasa ke anak kecil.

Bebi dari kecil sering dibilang kekanak-kanakkan, dan terbukti hingga umur 29 tahun pun dia masih seperti anak-anak. Keponakannya melihat Bebi seperti teman main, bukan orang yang menjaga mereka bermain. Bahkan terkadang mereka juga berantem memperebutkan barang. Tapi Bella dan Sadam bersyukur ada Bebi, karena mereka bisa ada waktu bebas dari anak-anak. Terutama di masa WFH seperti ini.

Selain Bebi, kantor Bella dan Sadam juga menerapkan WFH. Seminggu awal masih masa penyesuaian bagi Bebi, sehingga anak-anak banyak ditemani oleh mama Bebi. Memasuki minggu ke2, Bebi mulai bosan kerja di kamar, dia sering kerja di kamar main keponakannya yang berakhir malah main bareng. Di minggu ke3, kantor Sadam sudah mewajibkan WFO kembali dengan peraturan yang disesuaikan, sedangkan Bebi dan Bella masih WFH.

Bella sangat sibuk pada jam kerja, bahkan makan siang pun di kamarnya. Maklum dia adalah wanita karir yang terbukti sukses. Sebagai lawyer, gajinya pun sudah 2 digit, jauh dibandingkan dengan gaji suaminya yang masih 1 digit yang tidak jauh berbeda dengan Bebi. Tapi sepenglihatan Bebi, urusan gaji tidak jadi masalah di pernikahan mereka. Ya, Bebi turut senang, tapi juga ada sedikit perasaan iri. Irinya tentu saja dalam urusan gaji, bukan pernikahan.

Selama WFH, Bebi lebih menghabiskan banyak waktu mengoprek mainan Raka daripada kerja di laptopnya. Begitu malam hari, baru dia kejar deadline. Prioritas Bebi kadang suka terbolak-balik, mamanya pun sering menegur, tapi tentu saja tidak dihiraukan.

Mamanya Bebi adalah ibu rumah tangga, kadang dia suka membuat siomay atau pastel untuk dijual online ke kalangan pertemanannya saja. Namun, sejak COVID-19 jumlah pesanan merosot, mungkin karena orang mulai menekan pengeluaran, atau juga orang tidak berani makan masakan orang lain. Hal itu menyebabkan mamanya Bebi banyak menganggur. Beberapa kali dia memindah-mindahkan perabotan, mencuci piring-piring pajangan hanya untuk dipajang kembali, dan beberapa aktivitas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan tapi demi membunuh kebosanan jadi dilakukan. Bebi dan Bella memaklumi itu, walau di belakangnya tetap tertawa meledek.

Sore itu di grup chat khusus desainer grafis ada gosip bahwa perusahaan mereka sedang mengalami kesulitan, bahkan sudah level tidak tertolong.

"Katanya sih bisa ada PHK" Isi chat dari temannya sesama anak lama.

"Kan udah gak pake gedung, gak bayar listrik, air, keamanan, cleaning service. Masih aja rugi? Client ada aja kan?" Tanya salah satu anak baru yang agak sok.

Lihat selengkapnya