Money Heist : REBELLION

Dwi Budiase
Chapter #1

PROLOGUE

Pagi itu, seperti biasanya, langit Jakarta dihiasi oleh rona oranye tipis, menyapu gedung-gedung tinggi dan jalanan yang mulai dipadati kendaraan. Hiruk-pikuk siswa SMA berseragam putih abu-abu di depan sekolah tak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya. Di antaranya, berdiri seorang siswa yang tak pernah luput dari sorotan: Satya Agustine. Ia dikenal sebagai anak teladan, sosok sempurna di sekolah. Nilainya selalu tinggi, ia kapten tim basket, dan memiliki sikap sopan yang membuat guru-guru memujinya tanpa henti.

Namun siapa sangka, di balik wajah tenang dan prestasi gemilang itu, ada rencana besar yang sedang disusun.

Satya tersenyum tipis, menatap cermin kamar mandi sekolah. Tatapan matanya seakan menyimpan rahasia kelam yang tak diketahui siapa pun. Dalam hitungan jam, kehidupannya akan berubah drastis. Dari seorang siswa teladan di pagi hari, ia akan menjadi buronan paling dicari di malam hari.

Sebuah rencana perampokan bank besar telah disusun matang-matang bersama timnya. Namun ini bukan perampokan biasa. Mereka tak hanya ingin merampas uang, tetapi juga mengungkapkan kebenaran di balik kasus korupsi yang menggerogoti institusi keuangan negara, termasuk bank besar itu. Kasus yang selama ini tertutup rapat oleh konspirasi busuk antara para koruptor dan otoritas polisi yang seharusnya melindungi rakyat. Dan malam ini, mereka akan membuat sejarah.

***

Malam yang ditunggu tiba. Satu per satu anggota timnya berkumpul di lokasi yang telah disepakati: sebuah gudang tua di pinggiran kota, tersembunyi dari keramaian. Wajah-wajah yang biasanya tampak lugu di sekolah kini berubah tegang dan penuh determinasi. Mereka bukan lagi sekumpulan siswa SMA biasa. Mereka adalah pemberontak.

"Semua sudah siap?" tanya Satya, dengan suara yang tegas dan tanpa keraguan.

Alice, si ahli teknologi yang selama ini dikenal pendiam dan kutu buku, mengangguk sambil memeriksa laptopnya. “Sistem keamanan bank sudah siap kutembus. Dalam lima menit, alarm mereka akan lumpuh total.”

Lalu ada Hendra, atlet sekolah yang tampak kalem, namun menyimpan sisi liar yang hanya dikenal oleh kelompok mereka. "Alat-alat berat sudah disiapkan. Kita punya waktu sepuluh menit setelah sistem Diana bekerja."

Satya mengangguk puas. Tim ini, meskipun terdiri dari anak-anak remaja, adalah komplotan yang tak boleh diremehkan. Mereka memiliki otak, strategi, dan motivasi yang kuat—motivasi untuk mengungkapkan kebenaran dan melawan sistem yang selama ini menindas rakyat kecil.

Lihat selengkapnya