Dalam waktu seminggu setelah kedatangannya, Yomi mulai membuat para tentara seperti kumbang-kumbang di taman yang sibuk mencari madu. Berbagai operasi penangkapan penjahat baik pencuri, perampok, pengedar obat-obatan terlarang, pelaku penyelundupan, pelacur, dan pendatang gelap mereka lakukan. Pamong praja pun dibuat sibuk dengan beragam laporan kejadian kejahatan yang harus segera ditangani, mulai dari administrasi penjara, sampai pada meyelenggarakan pengadilan. Meski yang ditangkapi hanya pengedar-pengedar kecil, Modra sebagai importir mulai panik. Ia menemui Ras Tusikin untuk membicarakan bagaimana caranya mengendalikan Yomi.
"Yang jelas aku tidak mau terang-terangan datang kepada komandan baru itu," kata Modra setelah mendengar paparan dari Ras Tusikin mengenai tugas dan info yang didapat dari pusat militer untuk Yomi di Dompayuba.
"Ya. Ya. Aku paham. Kalau kau menemuinya langsung, ia bisa menduga bahwa kaulah dalang dari bisnis barang haram di Dompayuba yang sesungguhnya."
"Jadi, kau yang harus bekerja, Bapak Walikota."
"Tidak salah lagi. Tugasku adalah mengatur segalanya di kota tercinta ini. Sedangkan tugasmu, Tuan Pengusaha adalah menyediakan kebutuhanku dalam melaksanakan tugasku. Begitu bukan?"
Modra tertawa mendengar kata-kata Ras Tusikin, yang segera menyambut tawa Modra dengan derai tawanya yang terdengar sampai luar ruang kerjanya.
Sebuah mobil jip memasuki pelataran kantor walikota. Setelah berhenti di depan beranda kantor, dari jip itu turun dua orang berpakaian militer. Kapten Yomi dengan ajudannya. Mereka bergegas memasuki kantor walikota. Langkah mereka terhenti di meja sekretaris walikota yang memberitahukan bahwa walikota Ras Tusikin masih menerima tamu.
"Siapa, tamunya?"
"Tuan Modra Mudrikun. Seorang pengusaha."