Setelah mendapat koin mas dengan gambar kepala Miru, Kapten Yomi merasa penasaran seperti apakah hubungan ayah-anak di antara Modra dan Miru. Sepertinya Modra sangat mengistimewakan Miru dengan memberinya pengawalan yang ketat dengan beberapa ajudan yang siap berada di sekitar Miru. Hal ini ia buktikan dengan mengamati keberadaan Miru selama beberapa hari.
“Untuk apa sih, Kapten, kita mengamati Anak Modra ini?” Letnan Sam menanyakan tujuan dari memata-matai Miru, suatu ketika saat Yomi dan Sam berada di dalam mobil jip yang terparkir di dekat sekolah Miru.
“Modra tentu melindungi putrinya itu dengan berbagai cara agar ia terhindar dari pergaulan yang salah seperti pemuda-pemudi yang banyak kita tangkap itu. Nah, apa kau tidak berpikir kenapa tidak ada pengedar yang mencoba mendekatinya?” Yomi malah balik bertanya.
“Ya, mungkin karena para pengedar itu tidak tahu saja, pergaulan anak itu seperti apa?” Sam menjawab sekenanya.
“Coba kau perhatikan. Selalu saja ada pengedar yang mendekati anak-anak sekolah itu tetapi selalu diusir oleh para ajudan Modra yang mengawal anak Modra itu. Apa kau tidak melihat kecurigaan?” Lagi, Yomi bertanya.
“Ya, mungkin para pengawal Modra tidak mau mereka mengganggu anak-anak di sekolah ini?”
“Ah. Kau tidak teliti, Sam. Berapa banyak anak sekolah ini yang pernah kita tangkap? Rasanya lebih dari lima orang, bukan?”
“Ya, lalu?”
“Artinya, para pengedar itu sudah tahu siapa saja sasaran mereka di sekolah ini. Dan kalau menurut pada para pengawal anak Modra itu, berarti mereka, para pengedar itu, tahu siapa yang mengusirnya.”
Sam pura-pura kaget dengan membelalakkan mata dan kemudian memuji pengamatan atasannya itu, “Wah. Jeli sekali Kapten memerhatikan kejadian seperti itu dengan detail. Aku tidak sangka ada hubungannya begitu.”
Yomi tidak menjawab omongan Sam, ia melepas sabuk pengaman dari tubuhnya, lalu membuka pintu mobil jip.
“Mau kemana, Kapten?”
“Kau pergi ke markas, aku akan jalan sebentar, melanjutkan pengamatan sambil mencoba berbincang dengan para pengawal anak Modra.”
“Tidak perlu aku kawal, Kapten?”
“Tidak usah. Pulanglah ke markas!” perintah Yomi sebelum membanting pintu mobil dan melangkah.
Sam juga turut membuka sabuk pengaman, lalu membuka pintu mobil di sebelah kiri, berjalan memutari jip, lalu masuk kembali dengan posisi siap menyetir.