Lisa yang dari tadi mengikuti setiap langkah Roy, mendadak melongo. Sebab, teman laki-lakinya itu langsung melompat begitu saja ke sebuah pohon dari antara pohon yang dibiarkan tumbuh di lingkungan sekolah. Pohon yang dipanjat Roy--yang sudah menjadi manusia kera--adalah pohon nangka.
Tiba-tiba saja bulu-bulu itu tumbuh. Roy sendiri bingung mengapa bisa tumbuh di dalam perpustakaan. Mana sekarang sudah kegiatan belajar mengajar lagi.
Tiba-tiba juga Roy versi manusia kera langsung memanjat pohon nangka. Ini baru kali pertama Roy memanjat pohon. Di usianya yang mau berusia sembilan tahun, baru kali ini Roy memanjat pohon. Agak aneh memang, karena rata-rata anak laki-laki seusia Roy malah sudah terbiasa memanjat pohon. Apalagi di saat anak laki-laki itu sedang mengejar layang-layang. Pasti ujung-ujungnya si anak laki-laki harus memanjat pohon--atau sesuatu yang bisa dipanjat pohon.
Kali ini Roy sudah nangkring di atas ujung paling atas pohon nangka. Dengan takut-takut ia memandang ke bawah. Ia langsung menelan saliva. Jantungnya makin berdebar-debar. Sekarang bagaimana ia turun ke bawah?
Di bawah pohon nangka, Lisa cekikikan.
"Apa kamu ketawa-tawa?" seru Roy melotot.