Akhirnya, dengan dibantu Lisa, Roy turun dari pohon nangka perlahan-lahan. Di saat itulah, bulu-bulu itu mulai menghilang. Dimulai dari bulu-bulu yang berada di kedua tangan, lalu leher, kepala, tubuh bagian atas, hingga ke ujung kaki. Roy menarik nafas lebar.
Lisa melirik jam tangannya. "Wah, ternyata sudah jam sepuluh,"
Roy terkekeh-kekeh. Jantungnya berdebar-debar saat melihat wajah Lisa yang panik. Bahkan, di saat panik, Lisa tetap terlihat cantik.
Ganti Lisa yang menarik nafas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tanpa ba-bi-bu, Lisa menarik tangan Roy. Roy agak kaget sebetulnya, tapi hatinya senang. Roy ikut saja ke arah yang di bawah Lisa.
Beberapa saat kemudian, sudah tiba di depan ruang kelas 4A. Guru yang mengajar mata pelajaran lainnya sudah tiba. Ternyata mereka sudah telat hampir setengah jam. Sialnya mata pelajaran berikutnya adalah Matematika. Yang mengajar adalah Pak Mikael, yang terkenal galak sekali di SD tersebut. Pak Mikael langsung memelototi Roy dan Lisa. Di belakang, teman-teman Roy dan Lisa langsung berseru "Ciyeee..." dan Pak Mikael segera menegur mereka agar jangan membuat kegaduhan.
"Eh, ciyeee..." seru Kathrina, murid perempuan berambut pendek dan hobi mengenakan bando, yang merupakan teman semeja Lisa. "Sampai gandengan gitu, Lis. Sejak kapan?"
Lisa segera melepaskan pegangan tangannya dari tangan Roy. Sementara Roy terlihat kecewa. Anak laki-laki itu terlihat nyaman sekali tangannya digenggam Lisa.
Pak Mikael--dengan mata melotot--berseru, "Kathrina!"
Kathrina langsung diam dan terburu-buru mengerjakan soal-soal Matematika yang tadi sudah diminta Pak Mikael untuk dikerjakan. Ada kurang lebih 20 nomor. Bagi Kathrina, soal-soal itu susah bukan main. Tanpa bantuan Lisa, Kathrina tak bisa apa-apa.
"Ada apa kalian berdua sampai telat masuk kelas?" tanya Pak Mikael galak sekali. "Keasyikan ngobrol di kantin, kalian ini?"