Lisa merupakan satu dari sekian gadis cantik di kelas 4A. Sebenarnya hampir anak perempuan di kelas 4A itu, bisa dikatakan, memiliki wajah yang sedap dipandang. Manis-manis wajah mereka.
Walaupun demikian, untuk Lisa sendiri, gadis ini tidak hanya cantik, ia juga cerdas. Padahal Lisa memiliki kesibukan sebagai artis cilik, tapi prestasinya di sekolah tak terganggu. Semester kemarin saja, Lisa berhasil menembus lima besar. Berada di peringkat kelima, untuk ukuran seorang figur publik dengan jumlah pengikut Instagram di atas 10.000, sudah sebuah prestasi.
Sudah cantik, cerdas, cukup tenar, pantas saja Roy sering minder jika di dekat Lisa. Sebenarnya Roy sudah menyukai Lisa sebelum ia mengetahui Lisa itu seorang artis cilik. Roy sebetulnya menyukai Lisa sejak keduanya sama-sama duduk di kelas pertama.
Roy memandangi Lisa agak lama. Senyam-senyum sendiri. Mana ini detak jantungnya makin lama makin kencang terdengar. Dug, dug, dug, dug. Meskipun demikian, Roy cukup menikmati kedekatannya dengan Lisa di jam istirahat. Ini sudah kali ke sekian Roy dan Lisa menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan.
Sementara Lisa masih sibuk membuka beberapa halaman dari buku yang tadi ia pinjam. Judulnya "Evolution Theory of Charles Darwin". Buku itu buku terjemahan dari versi lainnya yang terinspirasi dari buku sesungguhnya Charles Darwin.
Perpustakaan itu sudah dilengkapi AC. Bahkan lebih dingin dari ruangan kelas yang hanya dilengkapi kipas angin di langit-langit. Pantas saja perpustakaan ini sering didatangi oleh siswa-siswi SD Kalapa. Mungkin alasan sebenarnya itu bukan karena ingin membaca buku. Mereka lebih suka untuk mengademkan diri di perpustakaan. Salah satunya itu murid gendut yang duduk di dekat Lisa dan Roy. Murid gendut itu--yang tadinya asyik membaca komik--sekarang jatuh tertidur. Lisa memandangi si murid gendut sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Lisa spontan memicing-micingkan kedua matanya. Kelihatannya ia mengenali komik yang dibaca murid gendut tersebut. Seperti komik Detective Conan, dan itu merupakan komik yang sangat disukai Lisa. Lisa sering berkhayal ia adalah Ran Mouri yang memiliki kekasih yang jago menganalisis.
"Kamu kenapa, Lisa?" tanya Roy mengernyitkan dahi. "Eh, udah ketemu di buku itu, kenapa aku bisa begini?"
Tanpa pikir panjang dan lihat situasi, Lisa menjerit, "Eh, itu kan komik kesukaan aku!"