Roy celingak-celinguk saat berada di hadapan rumah yang menurutnya cukup mewah. Seperti di film-film, eh, atau sinetron-sinetron yang pernah dia tonton saat sedang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
Di hadapan rumah mewah ini, Roy ternyata tidak sendiri. Ia datang bersama Kathrina dan Daniel. Mereka bertiga sekelompok dalam sebuah tugas Matematika yang diberikan oleh Pak Mikael, guru Matematika kelas 4.
Daniel terkekeh-kekeh.
Roy ikut terkekeh-kekeh pula.
"Lu belum pernah dateng ke rumah mewah begini, yah?" sindir Daniel.
Roy hanya terkekeh-kekeh sambil menggaruk-garukkan rambutnya. Sebetulnya, dalam diri Roy, Roy agak tersinggung. Hanya saja Roy coba menahan diri agar tidak meledak-ledak. Dalam hati, kata-kata "Sabar, Roy," terus menerus digaungkan oleh Roy. Itu pun mengikuti saran Lisa.
Kembali Roy menatap rumah mewah di hadapannya. Sekonyong-konyong Roy membayangkan wajah teman sekelasnya, Lisa, tersebut. Dengan begitu saja, itu sudah membuat jantung Roy langsung berdebar-debar. Terkadang Roy merasa beruntung sendiri dengan kutukan ini. Jika bukan kutukan ini, belum tentu Roy bisa makin mengenal seorang Alicia Gracia, salah seorang murid perempuan tercantik di ruang kelas 4A .
DRIIIN!
Kathrina menekan bel rumah mewah Lisa tersebut. Gadis itu tampaknya tak sabar. Ia agak menggerutu. Beruntungnya ada yang coba menghampiri empat orang teman sekelas Lisa tersebut. Bukan Lisa langsung, melainkan seorang berpenampilan agak lusuh. Mungkin seseorang yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di rumah Lisa.