Pukul 05.23 WIB
"Suhu tubuh kamu," kata mamanya Roy sembari mengecek suhu di termometer. "sudah turun kayaknya panasnya kamu, Roy."
Roy kegirangan. "Jadi, aku boleh, kan, Ma, masuk ke sekolah hari ini?"
Mamanya terkekeh-kekeh. Beliau mengacak-acak rambutnya Roy yang sudah mulai agak gondrong. Ujarnya, "Tumben kamu girang banget mau pergi ke sekolah. Biasanya suka sok pura-pura sakit."
Papanya Roy masuk ke dalam kamar Roy. Beliau masuk bersama dengan Sania yang masih membawa monyet kecil di salah satu bahunya.
"Apa karena Sania jadi satu sekolah sama kamu?" tanya Papanya Roy menggoda anak semata wayangnya. "Kamu sama Sania, memang sudah akrab sejak kalian masih TK, yah?!"
Sania hanya tertawa. Entah mengapa, di mata Roy, Sania terlihat memerah wajahnya. Monyet kecil itu langsung berhamburan ke arah Roy.
"Dasar kamu, yah, Roy," Mamanya Roy menyentil hidung Roy.
"Yah, sudahlah, Ma, kalau Roy berhasrat mau ke sekolah."
"Kalau Papa kamu sudah ngomong begitu, apa boleh buat. Yah, sudah, kamu--Mama izinkan--pergi ke sekolah. Eh, tapi mandinya pakai air hangat, yah. Jangan lupa, sepulang sekolah, kita pergi ke dokter. Takutnya belum seratus persen sembuh. Bisa kena tifus juga."
"Siap, Ma!" seru Roy yang lalu mengelus-elus bulunya Chip. "Oh iya, Chip, aku mau mandi dulu. Sana, gih, kamu ke Sania dulu."