Roy turun pelan-pelan. Bulu-bulu itu juga sudah mulai hilang. Sedikit tersandung. Bagaimanapun permukaan pohon nangka itu tidak rata. Lutut Roy agak sobek dan sedikit keluar darah. Roy meringis.
"Kamu nggak apa-apa, Roy?" tanya Lisa yang panik.
Roy merasa pernah mengalami kejadian serupa. Daripada mengurus lukanya, kedua matanya malah mengedarkan pandang ke sekitar. Sepertinya, yang ada di pikiran Roy, Sania akan melintas. Persis seperti saat itu.
Daniel memandang Roy takut-takut. "K-kamu benar-benar Roy?"
Roy mengernyitkan dahi. Rasanya ada yang aneh. Ini tidak seperti kejadian aslinya. Kejadian aslinya tidak seperti ini. Kenapa juga Daniel, Kathrina, dan Sisca seperti melihat setan saja?
"R-roy," timpal Sisca yang Roy tahu gadis ini naksir padanya. "i-ini benar-benar kamu? Yang tadi itu kamu?"
Sebelum Kathrina menimpali juga, sambil mengobati luka Roy, Lisa berkata, "Cowok di depan kalian memang benar-benar Roy. Kalau kata aku sih, mungkin dia kena kutukan gitu."
"K-kutukan?" tanya Daniel gugup dan panik.
"E-emang--" kata Sisca ikut panik. "k-kamu ngelakuin apa? Ada yang bisa aku lakuin apa?"