Paginya, di sekolah, Roy masih penasaran dengan sikap Lisa. Apa benar ini bukan Lisa yang biasanya Roy kenal?
Roy mendekati Lisa yang sedang sibuk mengerjakan PR Matematika. Seperti biasa, Lisa yang sekarang memang fasih Matematika. Hanya saja Lisa yang sekarang, cukup dingin dengan Roy. Seperti kurang mengenal Roy dengan akrab saja.
"Roy,"
"Yah, Lisa,"
"Daripada ngomongin anime terus, mending kerjain PR Matematika. Katanya, belum selesai kamu kerjain. Sini, aku ajarin."
*****
Malam itu sunyi, bahkan jangkrik pun enggan bersuara. Roy dan Sania berdiri di kampung itu lagi, dan dekat kontrakan yang dulunya salon kecantikan. Dulunya, mamanya pernah bercerita bahwa tempat itu dulunya tempatnya bermain sejak kecil selama menunggu Eyang Putri selesai di salon. Sekarang, tempat itu menjadi semacam altar harapan.
Di tengah lingkaran batu yang mereka susun sendiri, Roy duduk bersila. Tubuhnya menggigil, entah karena udara malam atau karena gugup. Sania berdiri di belakangnya, membawa seikat bunga liar dan segelas air yang Roy bingung, Sania mengambilnya dari mana. Kata Sania, air itu didapatkan dari seorang kakek misterius. Kakek itu berkata bahwa air itu memiliki unsur magis yang bisa menyembuhkan penyakit apa pun. Mirip seperti Batu Ponari. Mbak Indah sempat menceritakan kehebohan yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu .