Mata pelajaran Olahraga baru saja usai. Murid-murid kelas 4A mulai berserakan di sekitar lapangan, sebagian menuju kantin, sebagian lagi duduk-duduk di tangga seraya menyeka peluh. Peluit Pak Gianto—guru Olahraga—baru saja berhenti terdengar.
Namun tidak bagi Lisa. Ia berjalan pelan, menapaki rerumputan yang mulai basah karena hujan gerimis yang turun tipis sejak tadi. Pandangannya lurus ke depan, ke arah sebuah pohon nangka tua yang berdiri kokoh tak jauh dari lapangan sepak bola mini.
Pohon itu sudah ada sejak Lisa pertama kali masuk SD. Bahkan, konon sudah ada saat SD itu berdiri. Akan tetapi, baru kali ini ia memandangi pohon itu begitu lama. Seakan-akan pohon nangka itu menyimpan rahasia yang hendak ia bongkar.
Langkah Lisa berhenti di bawah rindang daunnya. Ia memandang ke atas. Sebuah nangka setengah matang menggantung, dikelilingi semut.
Angin bertiup pelan. Hujan makin deras, namun Lisa tidak beranjak. Ia tidak sadar bajunya mulai basah. Kali ini, mau hujan turun sederas apa, realitanya tidak akan berganti lagi. Nyaris stabil. Tetap di semesta yang sama.
Di kepala Lisa, berkelebat bayangan aneh. Seekor manusia kera, melompat dari dahan ke dahan. Ia berdiri di bawah sambil berteriak-teriak. Si manusia kera tetap saja bergelantungan di salah satu dahan.
Bayangan itu terlalu nyata. Nafas Lisa tercekat.
“Roy?” gumamnya lirih.
Tiba-tiba, suara langkah dari belakang membuyarkan lamunannya.
“Lisa!” panggil suara laki-laki. Ternyata Daniel, diikuti Kathrina.
“Kamu ngapain di sini? Hujan, tahu!” ujar Daniel sambil mengangkat seragam olahraganya yang mulai basah. "Kalau kamu masuk angin, gimana?"
Lisa hanya memandangi mereka, wajahnya pucat. "Aku… merasa akrab aja sama pohon nangka ini, Nil.”
Kathrina ikut menatap pohon nangka. “Aku juga ngerasa aneh. Tadi pagi aku mimpiin tempat ini, loh. Di mimpi itu ada kamu, Daniel, dan Roy. Roy duduk di atas dahan pohon, dan kamu teriak-teriak, Lisa. Sebetulnya di mimpi aku, aku sama Daniel juga teriak-teriak. Meski aku lebih ke arah bingung aja."
Daniel mendadak tercekat. “Aku juga, Lisa. Sebetulnya itu mimpi atau bukan? Kok kayak nyata, aku lihat Roy loncat dari atas pohon ini. Tapi dia bukan Roy biasa. Dia kayak manusia kera. Kayak Sun Gokong, Lisa."