Malam itu, hujan turun pelan di luar jendela kamar Lisa. Bayang-bayang daun jambu tergambar samar di tirai, tertimpa cahaya dari lampu taman. Lisa merebahkan tubuhnya, menarik selimut hingga ke dagu. Tapi pikirannya masih melayang ke pelajaran Seni Budaya tadi siang, tatapan Bu Agustin, siulan Sania, dan getaran aneh di dada Roy yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Saat kelopak matanya mulai tertutup, dunia tempat Lisa berada mulai berubah.
Ia bermimpi, tapi bukan sembarang mimpi. Ini lebih...
...Lisa mendesah. Ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah tersaruk-saruk ke arah dispenser yang berada di ruang makan yang ada di lantai bawah. Sembari sempoyongan berjalan, ia memikirkan setiap kejadian yang ada di mimpinya baru saja. Apakah itu berarti semuanya sebenarnya nyata?
Setelah minum air putih, Lisa kembali ke dalam kamar. Mendadak mengantuk dan tertidur lagi. Bermimpi di dunia itu lagi.
*****
Di dalam perpustakaan,
Lisa membuka mata dan mendapati dirinya duduk di perpustakaan. Suasana remang-remang, lampu neon berkedip sesekali, dan bau buku tua memenuhi udara.
Di seberangnya, Roy duduk dengan rambut sedikit lebih panjang, mengenakan sweater lusuh warna cokelat dan celana olahraga. Tangannya menahan tawa.
“Dan, setelah itu si lutung malah jadi pangeran, yah, Lisa?” tanya Roy, seperti tidak percaya.
“Iya!” jawab Lisa, antusias. “Lutung itu dikutuk. Dia nolongin Putri Purbasari, dan akhirnya, si Lutung Kasarung jadi manusia lagi. Nantinya, Lutung Kasarung itu menikah sama Putri Purbasari. Begitu ceritanya, Roy."
Roy mengangguk-angguk. “Kalau kamu jadi Purbasari, kamu bakal tahu nggak kalau aku ini lutung? Tapi, ini seandainya, loh, Lisa."
Lisa terdiam sebentar, lalu menjawab, “Kalau kamu baik, kenapa nggak? Kadang bentuk luar bisa aja bohong. Aku lebih suka sama cowok yang berperilaku baik-baik tapi wajahnya kurang daripada yang tampangnya ganteng, tapi kelakuannya bikin aku kesal.”
Tiba-tiba, suara keras memotong keheningan.
"HEY, KALIAN BERDUA! JANGAN BERISIK DI DALAM PERPUSTAKAAN!"
Pak Hieronimus menyembul dari balik rak buku. Ia menatap mereka berdua dengan wajah masam.
Roy langsung berdiri dan membungkuk sopan. Lisa ikut berdiri, menahan tawa.
“Aduh, maaf, Pak!” seru Lisa sambil menarik Roy keluar dari ruang perpustakaan.
Pak Hieronimus hanya mengomel pelan sambil kembali ke mejanya. “Anak-anak zaman sekarang lebih suka bercanda daripada belajar…”