Monyet Buluk & Putri Lisa

Nuel Lubis
Chapter #47

Pak Hadi Menjelaskan tentang Mimpi dan Teori Evolusi

Hujan turun deras, membasahi jendela kamar Lisa. Petir menggelegar seperti guntur retak di tulang belulang langit. Lisa terbangun dengan napas tersengal. Bantalnya lembap, entah karena keringat atau air mata. Di kepalanya masih terbayang mimpi yang begitu nyata. Atau, mungkin, jangan-jangan itu bukan mimpi? Ia bermimpi tentang dunia lain. Dunia di mana Roy tidak ia kenali, di mana Roy menghampiri Lisa dan berceloteh bahwa ia bisa menjelma menjadi monyet jika marah. Di dunia itu, Lisa seperti tidak antusias dan menganggap Roy sedang membicarakan tentang anime Jepang.

Lisa duduk perlahan, memeluk lutut. Di luar, angin menderu. Lalu pintu kamar diketuk pelan.

“Lisa,” suara Ibunya terdengar, sebelum pintu dibuka setengah.

Lisa menoleh, masih terdiam.

Ibunya masuk, wajahnya tampak cemas. Ada kerut di antara alisnya. Lisa tahu apa maknanya. Pasti ibunya begitu mencemaskan dirinya yang entah kenapa.

“Kamu kayaknya akrab banget sama Roy?” tanya ibunya, tanpa basa-basi.

Lisa mengangguk pelan. “Iya, Ma. Emangnya kenapa? Dia kan teman sekelas aku, Ma.”

Ibunya mendesah, duduk di ujung ranjang.

“Mama hanya kurang suka saja kamu bergaul sama anak itu,” katanya pelan, tapi tegas. “Firasat seorang ibu, Lisa. Mama nggak mau anak sulung Mama kenapa-napa.”

Lisa mengerutkan dahi. “Kenapa? Roy itu anak baik kok, Ma.”

Ibunya tak langsung menjawab. Ia hanya menatap langit mendung di luar jendela, lalu berdiri.

“Mama cuma pengin kamu sebaiknya menjarak dari yang namanya Roy. ”

Kemudian ibunya pergi, meninggalkan Lisa dengan sejuta pertanyaan.

*****

Keesokan harinya, kelas IPAS bersama Pak Hadi berlangsung seperti biasa. Roy duduk di dekat meja guru. Sania duduk di depan meja Lisa. Daniel duduk di dekat pintu masuk kelas. Kathrina duduk di pojok kelas.

Pak Hadi sedang menjelaskan tentang lapisan atmosfer ketika ia tiba-tiba berhenti di tengah kalimat. Matanya menatap Roy tajam, seolah baru menyadari sesuatu.

“Roy,” katanya, suara berat dan bergetar. “Kamu…”

Roy menegakkan badan, sedikit kaku.

“Kamu itu…” Pak Hadi mengerutkan kening. “Suka sekk main-main ke mimpi Bapak, kenapa? Heran Bapak. Dalam mimpi Bapak, kamu pakai kostum monyet, loncat dari satu atap ke atap lain…”

Lihat selengkapnya