Monyet Buluk & Putri Lisa

Nuel Lubis
Chapter #49

Di Perkemahan Pramuka

Langit Puncak pagi itu berkabut. Embun menggantung di ujung-ujung daun teh yang menghampar di kejauhan. Di lereng bukit yang tak terlalu curam, belasan tenda warna-warni berjejer rapi. Tenda-tenda itu adalah milik rombongan pramuka dari SD tempat Roy dan teman-temannya bersekolah.

Roy sedang duduk di depan tenda bersama lima temannya: Aloy yang cerewet, Junius si penyuka petualangan, Khriswanto yang jago menggambar, Reeson yang paling sering tertawa dan membuat gestur yang tidak jelas maksudnya apa, dan Theo, si pendekar mini dengan suara paling lantang saat upacara.

Lisa tidak ikut. Ia sedang di Jakarta, melanjutkan syuting sinetron yang baru saja memasuki episode terakhir. Roy sesekali mengecek ponsel kecilnya—tanpa sinyal—hanya untuk melihat foto Lisa sebagai wallpaper.

“Ngapain liatin layar doang?” ledek Aloy sambil membakar marshmallow di atas api unggun kecil.

Roy nyengir. “Sayang Lisa nggak ikut. Hari ini dia syuting episode terakhir sinetronnya.”

“Roy, kamu tau gak ada cerita tentang pohon di pinggir sungai sana?” tanya Daniel, yang duduk tak jauh dari mereka, memasang tali simpul pada sebatang kayu.

“Cerita apa?” tanya Reeson penasaran.

Daniel menatap mereka dengan serius. “Kata pembina lokal, itu pohon keramat. Udah banyak anak-anak yang sakit, kesurupan, bahkan ilang waktu nyentuh atau main di deket situ.”

Junius tertawa kecil. “Klise banget, Niel. Kayak sinetron horor.”

Aloy menambahi, "Yang artisnya lo atau Lisa, Niel?"

Daniel tak ikut tertawa. Ia memandangi Roy lama, lalu menambahkan pelan, “Kamu, Roy… jangan iseng. Bukan tempat buat ngerekam atau motret sembarangan.”

Lihat selengkapnya