“Kamu motret kan, Roy?” tanya Daniel di dalam tenda.
Roy hanya diam.
“Kamu potret pohon itu, dan kamu sentuh. Aku tahu. Karena dulu aku juga hampir melakukan itu waktu perkemahan tahun lalu. Tapi aku tak sampai motret.”
Roy menggertakkan gigi. “Kenapa kamu nggak bilang dari awal?!”
“Aku udah bilang. Tapi kamu pasti nggak bakal percaya.”
*****
Roy berteriak. Sayangnya suaranya menghilang di udara.
Ketika bangun, Roy menemukan dirinya memegang sepotong kulit kering. Itu seperti sisik ular, tapi lebih kasar, dan berbau tanah. Di atas tempat tidur.
Hampir saja ia berteriak. Untungnya, urung. Entah apa yang terjadi. Sepotong kulit itu menjelma kembali menjadi bantal guling. Halusinasi?
Lalu ia memandangi tangannya. Sejak kapan muncul lagi? Untung saja ia sudah mengunci pintu.
“Kenapa harus terjadi ke aku, Tuhan?”
Roy memutuskan untuk berdiam sebentar dalam kamar. Sekonyong-konyong ia teringat kejadian saat itu. Saat perkemahan Pramuka.
*****
Rmbongan murid-murid kelas 4A kembali ke Jakarta. Roy duduk di pojok bus, diam sepanjang perjalanan. Di luar jendela, pemandangan pegunungan dan kabut berganti-ganti. Pikirannya tak bisa lepas dari mimpi itu.