Monyet Buluk & Putri Lisa

Nuel Lubis
Chapter #58

Menakut-nakuti Reeson

Lionel Ivan menyandarkan punggungnya ke sofa rumah Reeson yang empuk, lalu menyilangkan kaki. Tatapannya tak lepas dari layar tablet kecil di tangannya, yang menampilkan sederet foto. Semua foto itu buram, gelap, tapi cukup jelas memperlihatkan sesosok makhluk aneh dengan wajah setengah manusia, setengah kera. Yang lebih mengerikan lagi, makhluk itu memakai seragam SD Boromeo. Ada satu foto yang membuat Reeson hampir muntah: tangan makhluk itu menggenggam pensil, dan di sekitarnya, ada buku PR Matematika bertuliskan nama "Roy".

“Biasa aja, kali,” kata Lionel Ivan pelan, nyaris seperti berbisik ke telinga Reeson.

“K-kok bisa gitu? I-it–itu beneran Roy?” Reeson tergagap, tubuhnya mundur perlahan menjauh dari tablet, seolah barang elektronik itu bisa melompat dan menerkamnya kapan saja.

Lionel hanya mengangguk pelan, lalu menoleh. Cahaya dari layar menyinari separuh wajahnya, dan entah kenapa, matanya… tidak terlihat seperti biasanya. Pupilnya tampak lebih besar, pekat, dan ada kilatan samar yang seperti tak berasal dari dunia ini.

“Lu tahu, Reeson,” gumam Lionel, suaranya lebih dalam dari biasanya, “kadang dunia kita ini cuma satu sisi dari koin. Di sisi lain, ada hal-hal yang... nggak seharusnya kita lihat. Tapi Roy itu pengecualian. Dia berada di tengah-tengah. Kayak makhluk transisi.”

Reeson menelan ludah. Tangannya gemetar. “Maksudnya lu ngomong itu apa sih?”

Lionel berdiri perlahan, tablet masih di tangannya. Ia berjalan mendekati jendela kamar Reeson, membuka tirai tipis yang menutupi malam. Di luar, langit mendung. Angin meniup dedaunan pohon mangga di halaman. Tapi tak ada suara lain, selain detak jam dinding.

“Kutukan,” bisik Lionel, seolah bicara pada angin, “seringnya datang dari sesuatu yang lama dilupakan. Dari darah, dari tanah, dari leluhur. Kadang itu karunia, kadang , yah, kayak pengingat.”

Lihat selengkapnya