Hari-hari berlalu. Bulan-bulan terlewati. Tanpa terasa, Roy sudah naik kelas lima. Yang lainnya pun sama. Itu seperti Kathrina, Daniel, Aloy, Khriswanto, si murid baru Lionel Ivan, Reeson, Sania, hingga...
...perempuan yang ditaksir oleh Roy. Perempuan itu adalah Lisa. Perempuan yang sering terbawa ke petualangan gila Roy selama beberapa minggu terakhir.
Di tahun ajaran baru ini, ada satu hal yang sedikit berbeda. Sekarang hampir seluruh murid kelas 5, yang seangkatan dengan Roy, mengetahui rahasia kelam Roy. Rahasia itu adalah transformasi Roy yang berubah menjadi manusia kera setiap dirinya marah. Tidak harus marah sebetulnya. Jika Roy sedang kecewa, lalu kekecewaan itu membuat dirinya dongkol, lalu... bulu-bulu itu pasti akan bermunculan lagi.
Begitu turun dari Fortuner, Roy langsung disambut oleh Lisa, Kathrina, dan Reeson. Sania menggeleng-gelengkan kepala, nyengir. Bang Rimhot, amangboru-nya Roy, memandangnya dengan iri.
Setelah itu, Fortuner itu melesat meninggalkan sekolahnya Roy. Di saat itu, sekonyong-konyong, si murid bule bernama Lionel Ivan datang. Ia datang bersama teman-temannya, Aloy dan Khriswanto.
"Eh, si Kingkong udah dateng," ledek Aloy.
Sania langsung menghampiri Aloy, dan berkata, "Bukannya kita sudah sepakat, buat nggak terlalu mengungkit-ungkit masalah itu? Yang soal--"
Lalu Sania membisikkan sesuatu. Tentang perjanjian di antara mereka, agar tentang transformasi Roy tidak usah sering dibahas. Agar tidak menjadi bahan obrolan di SD tersebut.
Roy mencibir kecil, walau wajahnya berusaha tetap datar. Lisa meliriknya dengan cemas, tapi senyum manisnya tetap terpasang, seolah cukup untuk menenangkan badai kecil yang sering meletup dalam diri Roy.
“Nggak usah dipikirin,” kata Lisa lirih. “Aloy emang suka ngasal gitu.”
Namun kata-kata itu justru membuat bulu-bulu halus di lengan Roy sedikit muncul. Sangat tipis, tapi terlihat oleh Lisa yang langsung memegangi lengannya, pura-pura merapikan seragamnya.
“Hei, fokus, Roy," ujar Lisa terkikik pelan. "Hari pertama kita jadi murid kelas lima. Jangan berubah jadi monyet dulu."
Reeson datang menghampiri, wajahnya santai seperti biasa. Katanya sambil menepuk bahu Roy, “Santai, Roy. Udah, masuk kelas aja. Mereka emang suka gitu, kan?"
Kathrina mengikuti, menyeret tas ungunya yang terlalu besar. “Bahkan aku yang gampang emosi aja bisa tahan emosi, masa kamu nggak bisa?”