Moon On The Water

rayba lonehuman
Chapter #6

Kasus pertama (1)

Ruangan segi empat dengan penataan yang saling presisi berada di hadapan Lana. Entah sudah berapa kali dia harus mengetuk pintu tersebut. Dan sang pemilik ruangan juga tidak pernah bosan menerima Lana. Perlahan dia mengetuk pintu itu tiga kali dan segera masuk ke dalam.

Lana selalu duduk di sofa kecil setiap kali menunggu Pak Brata datang. Sebagai kepala sekolah yang sibuk. Pak Brata sering meninggalkan ruangannya, dan selalu membuat para murid--Lana khususnya--untuk menunggu beliau jika ingin menyampaikan masalah pribadi.

Lana pun begitu tidak pernah ambil pusing hingga akhirnya terbiasa dengan kebiasaan Pak Brata. Dia sudah hafal bau dari buku-buku yang tertata rapi di sisi ruangan. Mungkinkah itu candu?

Tangannya sibuk meraih tiap halaman dari majalah olahraga yang tergeletak di atas meja. Terkadang Lana tertawa, terkadang dia juga mendadak serius saat membacanya. Lana terus terbawa pada tiap kata yang terbaca, tanpa dia sadari detik jam telah melewati pukul sepuluh.

Engsel pintu tergerak tanda Pak Brata telah menyelesaikan urusannya. Lana segera menutup majalah dan mempersilakan Pak Brata duduk di singgasananya.

"Sudah menunggu lama?" tanya Pak Brata.

"Baru lima menit, Pak." Lana sengaja berbohong. Sejujurnya dia telah menunggu selama satu jam.

"Saya tahu kamu bohong...." Pak Brata menghentikan kalimatnya dan menegak teh hangat di mejanya.

"Sebentar lagi, kan, sekolah mengadakan event tahunannya. Festival olahraga SMA Bakti Luhur. Nah, saya mendengar ada kabar tidak enak. Kata beberapa murid, mulai banyak yang merencanakan memakai dopping nantinya ketika acara berlangsung."

"Jadi, saya harus mengurus hal ini, Pak?"

"Seperti yang kamu perkirakan," balas Pak Brata membenarkan.

"Kamu coba cari informasi dari para siswa, siapa dalang dari penyebaran dopping ini. Saya mau festival ini terselenggara secara fair and square."

Lana hanya menganggukkan kepalanya. Dia tahu posisinya saat ini, jelas dia tidak mungkin untuk bertanya, gak bisa ditolak kan, Pak?

Pak Brata menjelaskan. Lana cukup mencari detil dasarnya saja. Mengumpulkan keping informasi dari setiap kelas. Lalu informasi tersebut akan Pak Brata proses dan menangkap pelakunya dengan bantuan para staff. Jika Lana bisa menangkap pelaku tersebut sebelum pergerakan dari Pak Brata, itu akan menjadi poin tambahan.

Memang semenjak Lana melakukan seleksi pendaftaran dulu. Saat proses wawancara berlangsung. Lana mengatakan dengan penuh keyakinan kalau tidak berminat untuk memfokuskan diri pada satu bidang olahraga . Melalui tahap perdebatan serius dengan dewan direksi yang memakan waktu lama. Lana akhirnya diperbolehkan untuk memasuki kelas olahraga apa saja. Tentu dengan catatan khusus, menjadi mata-mata dan menyusup guna mencari siswa yang melakukan kecurangan. Tak hanya kecurangan saja, masih ada faktor tertentu yang harus dia kumpulkan di akhir masa sekolahnya. Mendengar hal itu, Lana menyanggupi dengan sungguh. Tanpa dia ketahui, dibalik nama sekolahnya yang besar, banyak sekali bayangan-bayangan mengintai dari para murid hanya untuk mendapat nilai.

Seperti hari itu, ketika kenaikan kelas. Berkat informasi yang telah dikumpulkan Lana. Seorang pelajar kelas 3 yang hendak lulus, terpaksa drop out akibat penyalah gunaan obat terlarang. Tentu dengan terbongkarnya kasus ini, karir atlet pelajar itu sirna. Bagi Lana pun, dia terpaksa melakukannya karena janji dengan dewan direksi sekolah.

Lihat selengkapnya