Moon On The Water

rayba lonehuman
Chapter #9

Kasus pertama (4)

Pemuda itu memilih untuk menyusuri taman sebelum kembali ke gym basket. Ia terus menerka-nerka. Kenapa dia bisa sepatuh itu padanya?

Apa karena dia lebih jago darinya? Jawabannya tidak.

Apakah karena dia termotivasi oleh niat gigih orang itu? Jawabannya juga tidak. Yang ada malah adik kembarnya—Bella, terlalu berobsesi pada orang itu.

Terus apa masalahnya? 

Sorakan para junior terus mengalun sepanjang jalan yang dia telusuri. Sesekali dia melambaikan tangannya dan melempar senyum pada mereka. Alhasil, sorakan mereka semakin gencar.

Sesampainya di dalam gym. Di bawah ring basket lapangan B, Bella menatap dirinya dengan lekat. "Bolos latihan lagi?" telisik Bella.

"Gak kok. Ada urusan sedikit."

Bella berdiri, dia lemparkan bola itu ke arah Billy. Tangan Bella bergetar ketika aura panas selimuti Billy. "Najis. Bohong banget."

"Suer! Aku emang lagi ada urusan tadi."

"Sama siapa?"

"Bukan urusanmu."

"Mereka 'kan?"

Billy menempatkan telunjuk kirinya di depan bibir. Tanda bahwa dia tak ingin ada informasi lagi yang meluber. Bisa gawat kalau ada yang tahu. Karena itulah Billy coba untuk bergerak seminimal mungkin. Tapi tetap saja, yang namanya ikatan batin anak kembar saling bertautan.

"Kenapa sih? Kamu disuap sama mereka?"

"Bukan gitu."

"Terus alasannya apa?! Apa mereka tahu rahasiamu? Apa mereka tahu kalau kakimu cedera? Apa? Kasih penjelasan!"

Billy terdiam seribu bahasa. Daripada menjawab pertanyaan bodoh adiknya. Billy lebih memilih untuk melayangkan bola ke dalam ring. Dia lebih suka mendengar suara khas bola memasuki keranjang daripada berkutat pada persepsi Bella.

Seiring suara bel pertanda kelas siang dimulai. Para murid kelas basket memasuki gym dan terbagi menjadi enam bagian dan terpisah di lapangan yang berbeda. Pengelompokan terbagi atas kelas dan jenis kelamin. Bella yang masih geram meracau tanpa henti. Di mata murid yang lain. Hari ini Bella tampak lebih dingin dari biasanya.

Billy menyingkir ke sudut lapangan. Badannya bergerak ikuti tiap instruksi pelatih. Dia lakukan pemanasan sebelum pelatihan keras dimulai.

Kenapa disebut pelatihan keras?

Billy selalu menganggap seperti itu. Satu saja murid gagal mengikuti intruksi. Maka mereka akan mengulang dari set awal. Meski sampai jam pelajaran selesai. Mereka akan terus mengulang ke set pertama bahkan sebelum menyentuh sisi dalam lapangan.

Billy jadi teringat saat pertama kali masuk ke sekolah ini. Ketika masa-masa sulitnya beradaptasi dengan lingkungan baru. Lalu ada orang itu. Pemula bodoh yang bahkan tak tahu aturan tengah menyudutkannya.

***

"Bil, kira-kira dia masuk kelas apa ya?" Bella menerka-nerka sembari makan sarapan terakhir mereka di rumah.

Hari ini, Bella dan Billy resmi menjadi murid SMA Bakti Luhur. Setelah semalam berkemas untuh pindah ke asrama. Akhirnya mimpi mereka terbuka kembali. Jalan menjadi atlet basket nasional telah terbuka gerbangnya. Mimpi lama yang mereka dambakan.

"Entahlah, aku gak begitu tau." Billy sisir rambutnya yang sedikit panjang.

Bella sudahi sarapannya. Dia letakkan piring kotor dalam wastafel. Nyalakan air dan membersihkan piring tersebut. 

"Ma, Pa, Adik sama Kakak berangkat dulu."

Bella dan Billy memberikan salam lalu mencium kedua tangan orang tuanya. Bentuk rasa hormat yang akan lama tidak dia rasakan saat tinggal di asrama.

Mereka berdua berjalan menyusuri taman. Langkah mereka terhenti pada halte 59 dan menunggu bus sekolah yang katanya akan menjemput. Alih-alih untuk hilangkan rasa bosan. Billy telusuri tiap jalanan lewat matanya. Sekelebat bayangan dengan kecepatan konstan tertangkap pengamatannya.

"Bel, Bel, Bel." Billy menepuk pundak kanan Bella.

"Apa sih?"

"Tuh lihat tuh!" Billy tunjuk orang dengan sepeda yang baru saja melintas di depannya. Bella memicingkan mata, coba tangkap sosok pesepeda yang dibicarakan Billy.

"Emang kenapa dia?" tanya Bella polos.

"Itu orang yang kemarin kita lihat di gedung basket!"

"Masa?" ungkap Bella tak percaya.

"Yeee, gak percayaan amat." Billy tampak kecewa mendengar Bella tak mengindahkan kalimatnya.

"Tuh! Busnya dah dateng. Yuk berangkat!"

Lihat selengkapnya