Kembali ke pagi sebelum Lana tiba-tiba menghilang.
Bella mendapati tiga buah amplop misterius di dalam loker miliknya. Ekspresi terkejut jelas tergambar. Dia perhatikan sekelilingnya dengan cermat. Tak ada hal-hal mencurigakan.
Antara takut juga penasaran. Tangannya dengan ragu menyobek sisi amplop dengan tulisan 'jangan baca ini' yang tertera di depan amplop. Dia mendapati sebuah surat juga foto seseorang di dalamnya. Setelah mencari spot kosong yang tak akan dilewati orang lain. Bella memberanikan diri membaca surat tersebut.
'Pilihan yang bagus. Karena sudah membuka amplop ini. Kalau begitu tanpa basa-basi lagi. Aku tahu semua rahasiamu, juga rahasia saudara kembarmu. Nasib kalian ada di tanganku. Aku tak akan menyebarkan informasi ini asalkan kau mengikuti persyaratan yang kubuat. Satu, kau bebas memilih di antara dua amplop yang tersisa, itu tak akan mempengaruhimu sama sekali. Dua, menyelinaplah ke tempat ganti laki-laki dan masukkan loker tersebut pada target yang sudah tertera. Tiga, saat istirahat nanti pergilah ke kantin dan lihat orang paling mencurigakan. Kasih peringatan padanya. Setelah membaca surat ini, sobek kertasnya dan hilangkan jejak-jejak surat ini.
Semoga harimu menyenangkan.'
Bella meneguk ludahnya. Buru-buru ia merobek surat itu sekecil mungkin. Napasnya memburu. Tanpa pikir panjang Bella berlari menuju pos satpam.
"Pak Sokip!"
Pria dengan umur berkisar 40 tahun itu tersedak saat meminum teh paginya.
"Ish. Ada apa sih, neng? Pagi-pagi dah bikin kaget aja."
"CCTV Pak. CCTV!" pinta Bella tergesa-gesa.
"Abis liat setan?"
"Buruan."
"Iya-iya sebentar."